Langsung ke konten utama

Postingan

ancene manusia hobi mencari penyakit. di hari kemenangan ini aku memutuskan untuk menonton film keluarga dan menggarami lukaku sendiri. sampai kapan ya aku akan terus terlihat baik-baik saja begini? semoga di ulang tahunku yang ke 22 aku bisa sepenuhnya menjadi diriku dalam berbagai kesempatan. semoga aku bisa marah dan bersedih kalau memang itu yang sedang aku rasakan, nggak cuma sekedar mencari pelarian atau pengalihan. semoga aku bisa memaafkan diri atas apa yang terjadi di luar kendaliku. semoga aku bisa menjadi pribadi yang lebih apa adanya agar orang di sekitarku tidak merasa bersalah. semoga aku bisa berusaha atas semoga semoga yang aku tuliskan di atas. semoga aku bertahan dengan segala luka dan kurangku.
sepanjang perjalanan pulang tadi jadi kepikiran, nanti ulang tahun bakal ngapain ya? diantara banyak tanggal kok kenapa harus banget hari raya idul fitri tu jatuh di ulang tahunku tu kenapa sihhhh dan kenapa harus pas banget dengan periode PSBB Kota Malang :))) jujur nggak ngerti harus seneng apa sedih, karena there would be no friend around on my birthday tapi oke juga karena nggak harus merayakan dengan keluarga besar (kalau memang menuruti aturan pemerintah untuk tidak kumpul-kumpul). I guess the saying was right, your real family mungkin bukan yang sedarah sama kamu tapi yang berani tumpah darah buat kamu dan kamupun berani tumpah darah buat mereka. aku paham banget kok nggak semua temen-temenku ada ketika aku membutuhkan mereka tapi ketika mereka bisa bantu mereka bakal bantu. sesederhana itu kepercayaanku terhadap persahabatan dan persaudaraan. padahal, harusnya kalo tidak ada aral melintang, rencananya ulang tahun kali ini aku pengen liburan pake tabunganku sendiri. ta...

Berita Paling Membingungkan Sedunia

Pagi ini aku terbangun dengan berita paling membingungkan sedunia. Malam tadi, kamu hanya pamit untuk tidur lebih awal. Bukan tidur untuk selama-lamanya. Keisengan macam apa ini? Tanpa keluhan, tanpa himbauan, kamu menghembuskan nafas terakhir? Aku bangun pagi dengan kebingungan, aku masih tidak tahu bagaimana aku harus merespon kabar yang aku terima. Aku bahkan tidak punya baju warna hitam. Aku tidak menangis karena aku tidak sedih. Aku hanya kebingungan. Aku sangat kebingungan. Aku berangkat sendiri menuju kediamanmu. Bertemu dengan sahabat-sahabat kita dan tatapan prihatin mereka, namun aku tetap tidak menangis. Aku masih belum bisa memahami kabar yang kuterima beberapa jam yang lalu. Bahwa manusia yang hampir tiap hari mewarnai hari-hariku telah tiada nafasnya. Aku bertemu keluargamu yang belum sempat berkenalan denganku. Mereka mengenaliku namun terlihat ragu-ragu. Aku tidak tahu arti keraguan itu, mungkin mereka masih sama bingungnya denganku. Beranjak aku menuju peti t...

Baik Baik Saja

pada awalnya, kamu akan merasa baik-baik saja. bahwa yang terjadi akan terjadi dan kamu akan tetap melaju melalui apapun yang ada di depanmu. perlahan, yang kamu temui adalah rintang dan bahagia hanya mampir sebentar untuk menjadi alasan. kemudian, kamu merasa lebih bahagia dari sebelumnya. untuk pertama kali, bahagia datang tidak hanya untuk mampir namun menetap. lalu, kembali kamu menemui hal-hal dari masa lalu yang pernah membuatmu menyerah. apa yang pernah terjadi menahanmu maju dan bergumul di pikiran seolah kepalamu adalah rumahnya. ia kemudian tidak kunjung pergi dan terus berada pada tiap apa-apa yang kamu kerjakan. seiring dengan berjalannya waktu, kamu menganggapnya wajar dan merasa memang harus hidup dengan pikiran itu. maka kemudian kamu memutuskan untuk berpura-pura. kamu berpura-pura tidak terjadi apa-apa hingga mati rasa. pada akhirnya, tidak lagi ada perasaan. kamu hanya berjalan dari satu hari ke hari yang lain berbekal nafas dan tenaga. kamu berbincang, tertawa, menan...

Berduka

Aku menyabet kunci mobil yang tergantung di samping pintu rumahku. Hampir tengah malam, aku mengendarai mobil bapakku yang lama terbengkalai karena kami sekeluarga lebih memilih taksi daring dan sepeda motor. Mobil tua tanpa pendingin ini melaju cepat seolah sering dirawat, mungkin ia juga tahu bahwa aku benar-benar membutuhkan bantuannya malam ini. Aku melalui jalanan yang telah kuingat di luar kepala, jalanan yang dulu kerap kulewati untuk pergi bersenang-senang. Kali ini berbeda, hanya ada gelisah dan kebingungan. Aku tidak pergi bersenang-senang. Laju semakin pelan ketika aku sudah sampai di depan rumah salah satu teman baikku, hampir seperti saudara. Kulihat ia dan ibunya berduyun-duyun keluar rumah, terlihat lusuh. Kami sama-sama terbangun, aku sangat maklum apabila kami memiliki penampilan yang sama. Kami sama-sama terkejut. Setelah ibunya mengunci pagar, mereka berdua masuk mobil. Tidak ada kata-kata yang terlontar dari mulut kami semua. Keheningan menyelimuti kendaraan yang ...

Pengaruh

8/10/2019 Everything went by real quick. Aku hari ini libur kerja. Sebuah keputusan terbaik, mungkin, yang aku buat minggu ini. I got plenty of time to do anything I want. Hari ini, aku pergi ke rumah Mina hanya untuk ngeprint dan fotocopy saja. Ini sebuah kegiatan yang sedikit tidak tahu diri tapi sangat lumrah terjadi dalam lingkup  pertemanan kami berempat. Sangat bersyukur bisa mampir untuk jangka waktu yang cukup meski tidak terlalu lama. Karena akhirnya aku bisa dengar cerita kehidupannya. Mungkin dia sendiri juga sudah bingung mau cerita ke siapa karena belakangan kami semua sibuk dengan kegiatan masing-masing. Semoga kehadiranku tadi dapat meringankan pikiran dan hatinya dari keluh kesah. Sebuah keputusan yang baik pertama di hari ini. Selepas dari rumah Mina, aku beranjak ke kampus untuk antri, ehm, pengambilan rekening beasiswa. Tentu saja bersama sobat kampus Wen Mahatma. Melalui antrian yang cukup panjang, kami akhirnya berhasil mendapatkan buku tabungan dan me...

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...