Langsung ke konten utama
sepanjang perjalanan pulang tadi jadi kepikiran,
nanti ulang tahun bakal ngapain ya?

diantara banyak tanggal kok kenapa harus banget hari raya idul fitri tu jatuh di ulang tahunku tu kenapa sihhhh dan kenapa harus pas banget dengan periode PSBB Kota Malang :)))
jujur nggak ngerti harus seneng apa sedih, karena there would be no friend around on my birthday tapi oke juga karena nggak harus merayakan dengan keluarga besar (kalau memang menuruti aturan pemerintah untuk tidak kumpul-kumpul).

I guess the saying was right, your real family mungkin bukan yang sedarah sama kamu tapi yang berani tumpah darah buat kamu dan kamupun berani tumpah darah buat mereka.

aku paham banget kok nggak semua temen-temenku ada ketika aku membutuhkan mereka tapi ketika mereka bisa bantu mereka bakal bantu. sesederhana itu kepercayaanku terhadap persahabatan dan persaudaraan.

padahal, harusnya kalo tidak ada aral melintang, rencananya ulang tahun kali ini aku pengen liburan pake tabunganku sendiri. tapi ternyata tabunganku kepake buat ini itu. belum lagi adanya larangan buat kemana-mana ini. terus aku juga udah nggak kerja.

kayaknya ulang tahun yang kali ini bakal berkesan bukan karena senang karena bingung. bingung as in mixed feelings. it would be lonely as fuck, sad as fuck, confusing, undeniably wrong, but glad I survive.

sejujurnya di usiaku yang ke 22 tahun ini aku bingung mau ngapain karena aku udah nggak punya pekerjaan dan aku bingung mau menyelesaikan pendidikanku dengan cara apa. aku punya usaha sih emang, tapi udah mulai sepi dan mungkin bakal kujalanin setelah lebaran (kalo nggak ada kendala). tapi, meskipun ada usahapun mungkin juga belum cukup untuk memenuhi kebutuhanku. aku udah nggak ada uang saku dari orang tua sama sekali tapi aku ada beberapa tagihan yang harus dilunasi tiap bulannya. belum lagi ya pasti ada aja kan keperluan yang butuh uang tu sebenernya. aku nggak bisa minta lagi ke orang tua karena tanpa aku minta pun sebenernya mereka sekarang juga udah kesusahan. kalo dulu aku ketolong sama pekerjaan, tapi karena ada corona ini akhirnya aku dirumahkan. mau cari kerja lagi juga bingung ga sih siapa yang bakal rekrut pekerja di situasi kayak gini? skripsiku pun belum jalan karena aku bingung juga bagi waktu gimana dulu antara kerja, usaha, skripsi dan personal lifeku. tapi karena sekarang aku punya banyak waktu luang kayaknya aku bisa ngerjain, tapi aku nggak tahu bisa bayar ukt apa enggak. kalo bisa bayar pokoknya aku harus selesai semester depan. sejauh ini kalo aku liat aku nggak bisa kemana-mana juga kok. semisal aku harus kerja di luar kota (meskipun yang deket-deket aja), aku nggak punya tabungan buat itu. jadi aku cuma bisa emang cari kerja di malang. aku mungkin bisa cari kerja kantoran kayak di bank seperti yang aku cita-citakan tapi aku masih bingung juga carinya gimana karena aku susah ada kenalan di bidang itu dan aku nggak punya portofolio ke arah sana.

gapapa, gapapa. dijalanin dulu aja.
kalo mentok ga dapet-dapet aku mau jadi youtuber masak-masak aja. turns out i really love cooking.

aku masih takut banget kesepian di hari ulang tahunku.
tapi kalo emang hari itu aku kesepian, ulang tahunku bakal kupanjangin jadi seminggu atau satu tahun aja kalo bisa. aku berusaha menerima bahwa yang harus aku syukuri dan yang terpenting bukan satu hari itu aja tapi hari-hari yang aku lewatin hingga aku menginjak usia ke 22 dan hari-hari yang bakal aku lewatin setelah menginjak usia ke 22.
let's do this, shall we?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...