Langsung ke konten utama

ROUGH

Kerap kali aku bingung harus mulai darimana untuk menceritakan bagaimana keadaan hidupku sekarang. Sederhananya, it’s been a rough month. Satu bulan ini hidupku banyak morat-maritnya tapi alhamdulillah I survive, as in aku masih bernafas dan kembali berkegiatan dalam keadaan mental yang cukup stabil. 

Aku sangat siap untuk memulai perjalanan baru dalam hidupku, entah mau kemana tapi aku merasa cukup siap menerima tantangan baru.

Salah satu hal yang menurutku cukup baru adalah menjajal pekerjaan sebagai staff marketing yang mendorong aku untuk berinisiatif, kenal dengan orang baru dan rajin-rajin putar otak biar dapat mencuri kesadaran masyarakat atas brand yang aku usung. Awalnya aku ragu, melalui beberapa saran dari teman aku akhirnya memutuskan untuk menerima tawaran ini. It’s been rough but I learn something new. Sayangnya, pekerjaan ini mungkin tidak akan berlangsung lama karena ada beberapa proyek di bisnis keluargaku yang harus aku urus mulai bulan depan. Sebuah keputusan yang besar sebenarnya untuk aku turut bergabung, but I have no other option. Oh iya, lupa bilang, aku resign dari part-time jobku. Sudah terlalu overwhelming. Tapi jasa mereka mengajarkan aku untuk menjadi pribadi yang seperti ini menurutku tidak akan lekang oleh waktu, hope they’ll get something good as a return.

Kuliahku lancar, as usual. 

Mungkin yang harus aku sikapi dengan bersyukur kali ini memang banyaknya tawaran pekerjaan yang datang setelah aku memutuskan untuk resign. Benar-benar sangat membantu, terlebih ketika aku bahkan merasa aku ini tidak ada artinya. Tawaran-tawaran tersebut membantuku untuk menyadari bahwa aku cukup berharga dan punya potensi lebih.

Selain itu, aku juga bersyukur dipertemukan dengan orang-orang yang sangat baik dan positif meski mereka baru kenal aku untuk beberapa saat. Berbincang dengan mereka sangat membantu aku dalam menyelesaikan masalah yang aku hadapi.

It’s been a rough month. Bulan lalu, untuk pertama kalinya dalam hidupku aku tidak ragu untuk bilang bahwa aku ingin mati. I was so positive with every little thing that I got in my life, tapi tidak malam itu. Aku nggak menemukan alternatif untuk keluar dari situasi yang aku hadapi malam itu, aku benar-benar ingin mati. Alhamdulillah, Tuhan mengirimkan beberapa teman untuk membantu, I feel a little bit better. Keadaan berangsur mereda, aku berangsur juga mendapatkan kekuatanku kembali hingga akhirnya aku bisa menuliskan keadaanku sekarang dalam postingan ini.

Aku percaya semesta ini baik. Kalau kalian baca postingan ini dalam keadaan yang tidak baik, bertahanlah. It will pass. 

It’s been a rough month, tapi aku banyak belajar 
Aku belajar untuk mulai lebih jujur lagi terhadap diriku sendiri. Menerima kekuranganku dan menggali kelebihanku. Mencoba mencintai diriku sendiri apa adanya. Masih dalam proses, tapi aku merasa tidak ada ruginya bagiku untuk lebih mengenali diri sendiri.

Semoga kalian juga tidak pernah berhenti mengenali diri sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...