Dalam beberapa tahun, aku mungkin akan melupakan apa yang sedang aku lakukan hari ini. Mengurung diri dalam gelembung yang aku tiup sendiri. Duduk sendiri dalam keramaian yang bahkan mungkin tidak menganggap aku ada. Aku akan pergi ke kota besar, bekerja, mungkin naik jabatan, menikah, berkembang biak dan bahagia, Tapi, aku tidak berencana melupakan perasaan yang kini sedang aku rasakan. Perasaan yang mungkin akan terjadi berulang-ulang dalam berbagai kesempatan dalam hidupku. Merasa bertanya-tanya atas keputusan yang aku ambil, benar atau salah. Sebuah dilema. Merasa telah memilih namun tidak cukup yakin. Merasa ingin mundur, tapi tidak bisa tidak maju. Mencintai tidak pernah terasa sepelik ini. Mencurahkan sebagian diri untuk berbagi rasa dengan orang lain tidak pernah terasa seasing ini. Kulitku berdesir membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya, bibirku bergetar, antara ingin tahu dan ingin tak terjadi. Namun, aku suka.
Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...
Komentar
Posting Komentar