Langsung ke konten utama

HBD YA NEN

I really want to say thank you to this person, if she ever read this. 

MET HBD YA AYATHANIA YA ALLAH YA RABBI KOK YA PAS IDUL FITRI BEGITU SEMOGA PERTANDA BAIK.

Kon ngerti gak nen,
kon iki salah satu orang paling berjasa ndek uripku because you put everything in some way that I find make sense.

Awakmu meyakinkan aku untuk cuek ae daftar duta smarihasta meanwhile aku sek elek dan lemu dan nabil obviously tidak support dan suka ngetrek-ngetrek, but you told me, dal tok ci! ok then, I dal. 
dan aku menang. Kon orang pertama sing mengajariku how to do the catwalk and strike a pose. coooookkkkk rasane atiku tratapan sampe saiki membayangkan diriku berlenggak-lenggok lancar ngono sumpah iki terlihat mendramatisir but this is one of the most precious moment I have in my entire life.

Karena, iki titik balik aku percaya bahwa ada orang yang percaya this brain works good even if the packaging wasn’t really a pleasure for the eye.

Aku iling, sakdurunge pengumuman, awakmu (sebagai mc sekaligus sohibku) ngomong, 
“ci, kon menang.”
iki fakta sing gak tau kuceritakan siapa-siapa tapi akan kuceritakan dalam posting ini karena alhamdulillah karena awakmu aku gak nangis-nangis alay ngono heeee thank you so much.

Bukan hanya ini, Nen, lek awakmu moco.
you teach me to be a good person more and more, each day of my life that I spent with you, I never stop learning. 

Ketulusanmu berbuat baik adalah motivasi dibalik seorang michiko yang kini untuk terus belajar menjadi pribadi yang senantiasa berbuat baik terhadap orang lain, siapapun itu. 

Rasane akeh banget lek tak ceritakno jasamu ndek uripku because aku menghadapi berbagai situasi ae takon kon. Tekan barang remeh temeh koyok make up dan outfitku good opo gak hingga how to handle death. 

Kamu menjadikan aku seorang michiko yang bisa aku banggakan, jadi banggalah terhadap dirimu. 

Terima kasih sudah mempercayai aku, semoga lancar sak sembarange. 


Kon ero ga lek wong-wong biasane koyok “semoga panjang umur dan bahagia” hanya sebagai ucapan ngono, tapi kali ini I really mean it. Semoga panjang umur dan bahagia, Nen.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...