Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari September, 2017

Sebuah Kota yang Besar dan Modern

Pada sebuah kota yang besar dan modern, merindukan Aku menjadi sesuatu yang asing bagimu. Merindukan Aku menjadi sesuatu yang aneh untukmu, Tidak membuatmu terganggu, tidak juga membuatmu kembali mau. Aneh, sepertiku. Pada suatu kota yang besar dan modern, dalam sebuah percakapan dengan Ibu melalui telepon selulermu, kamu merindukan Aku. Pada saat itu, kamu merasa bahwa merindukan Aku adalah kebiasaan yang tidak sehat dan harus segera dihentikan. Kamu hanya belum tahu, kamu kecanduan Aku. Pada sebuah kota yang besar dan modern, kamu lulus dari perguruan tinggi dan kawin dengan rekan kerjamu. Kalian membangun karir dan beranak pinak dalam sebuah kota yang tidak ramah, namun tidak membuatmu kunjung beranjak. Kalian bermukim di sebuah kota yang besar dan modern, bekerja, mencari bahagia, bercinta. Lalu pada sebuah malam, setelah istrimu melenguh lega, kamu mulai kembali merindukan Aku. Pada sebuah kota yang besar dan modern, setelah membacakan dongeng pada anakmu dan mengantar mereka tid...

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...

kesepian

pada suatu pagi yang ramai, aku kesepian. aku bangun, mandi dan sarapan. sepeda motor aku nyalakan, lalu tancap gas. menuju sebuah rumah yang kecil dan sederhana, tempat Ia tinggal dan masih terlelap. aku masuk dengan kunci cadangan yang Ia berikan, serta merta masuk ke kamar dan beranjak ke pelukannya, kehangatan. tidurnya begitu lelap, namun Ia beringsut mundur dengan mata masih terpejam, memutuskan untuk terlelap sendiri tanpa memeluk aku. mungkin hari ini bukan hari yang tepat untuk aku meredakan kesepian dengan kehangatan, ku putuskan untuk kembali berdiri dan meninggalkannya yang masih pulas. deru motorku perlahan menguar ketika memasuki pelataran parkir sebuah kedai kopi kecil di kota yang sempit ini, aku masuk ke dalamnya dengan hati yang telah sedikit terobati. aroma kopi menyeruak memasuki relung-relung nafasku. aku memesan segelas es kopi untuk mendinginkan kepala yang panas, aku lupa hatiku telah terlalu dingin. sesap demi sesap kureguk, tak terasa telah satu jam aku term...