Langsung ke konten utama

daftar hal-hal

ingin ngeband tapi tidak bisa apa-apa
(well, kata orang-orang saya bisa nyanyi. tapi saya dikeluarin??? jadi let's just assume saya ngga bisa nyanyi)

ingin melewati minggu-minggu perkuliahan dengan baik tapi kurang fokus belajar.
(saya belajarnya sambil kerja jadi baca trus kerja trus baca lagi tapi udah lupa bacaan sebelumnya hehe)

ingin pacaran. minum kopi sejuk. ngobrol aja. bisa sih tapi
(tidak bisa karena..... mobile legend always win)

ingin berlibur ke bali. sendirian aja. tapi tidak boleh sama ayah ibu.
(mungkin takut saya mabok-mabokan trus ilang disana, kan saya ceroboh dan teledor)

ingin berhenti bekerja tapi saya masih butuh uang dan pekerjaan dan status sosial yang lebih tinggi dari teman-teman yang hanya nganggur di kosan.
(anggap saja pekerjaan adalah investasi saya terhadap kehidupan yang lebih baik)

ingin main ukulele hingga puas dan bisa
(tapi saya ngga ada wifi di rumah hehe, malas kalo harus mainan jimbron di luar)

ingin merantau ke kota besar dan bertemu orang-orang yang baru.
(tapi saya semakin dewasa semakin ansos, jadi semakin cupu dan semakin tidak bisa membayangkan untuk bekerja di sebuah perusahaan yang berisi orang-orang outgoing)

ingin ngegym untuk menghilangkan lemak di lengan tapi saya ngga ngerti harus pakai alat apa, saya gaptek banget orangnya.

ingin kehidupan yang biyasa saja selayaknya anak kuliahan yang punya waktu luang dan uang yang cukup. tapi keduanya tidak bisa berjalan beriringan karena orang tua saya tidak kaya raya dan tidak akan memberikan anak-anaknya duit yang unlimited. YA IYALAH EMANG SAYA SIAPA. nggak dikasih aja ngelunjak apalagi dikasih. 

sepertinya kehidupan yang ini emang paling bener nih.
yaudah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...