Langsung ke konten utama

things I would miss after high school

Selama ini kalo ditanya, apa pengalaman yang paling berkesan dari SMA? Aku selalu jawab, nggak ada. Bukan salah orang-orang yang dekat sama aku, bukan karena mereka nggak bisa menciptakan situasi penuh kenangan buat aku, bukan. Semata-mata karena memang mungkin aku selangkah lebih maju dalam hal membuat kenangan. Hal-hal yang mereka alami waktu SMA udah lewat sama aku waktu SMP dulu. Aku udah melewati pasang surut kehidupan ya waktu SMP itu, makanya kalo ada orang yang bilang "ah apa sih nggak bisa move on banget dari SMP", ya emang karena masa SMP ku seluarbiasa itu. Orang-orang yang menerima saranku dan suka dengan perilaku ku sekarang ya harus mengapresiasi bahkan berterimakasih ke masa SMP ku dan orang-orang di dalamnya.
However, meski nggak berkesan, tapi pasti ada hal-hal yang aku bakal kangen ketika udah nggak SMA (which is few months more!), di post ini aku akan berusaha mendata hal-hal apa aja yang kayaknya akan bikin aku kangen.

KSSH 26. kenapa kok begitu spesifik sampe disebut angkanya? Karena yang berkesan buat aku cuma yang itu. Aku bahkan masih merinding kalo inget rasanya ada di panggung KSSH 26, semua hal itu serasa nggak berarti karena ketika Aku udah naik panggung, dunia ini cuma punya aku, yang lain ngontrak. Sebenernya yang bikin kangen itu bukan finalnya sih, finalnya itu ya sebuah formalitas aja untuk mengapresiasi gimana perjuangan kita menghadirkan karya yang epik, tapi prosesnya. Aku bener-bener merasa ditempa sejak latgab pertama, dari seorang michi yang sok artis jadi michi yang ingin jadi artis. karena tiap latgab selalu punya pelajaran buat aku, aku jadi belajar lebih banyak dan proses dari KSSH 26 ini yang menghadirkan seorang michi yang bisa ngasih kalian saran ketika kalian minder sampai hari ini. it was awesome. 

Smarihasta Live In. dari awal aku nggak ada ekspektasi tentang acara ini. karena ini juga baru pertama kali diselenggarakan dan ternyata emang berhasil banget menurutku. emang ngatur anak tiga angkatan itu nggak mudah tapi menurutku panitia Live In kemarin udah bener-bener bekerja dengan maksimal. dari kegiatan itu aku dapet banyak kenalan, aku jadi menemukan sister from another motherku. serumah sama orang yang aku nggak tau background kehidupannya, sekamar sama cewek-cewek yang aku nggak tau apa mereka pernah lihat mukaku sebelumnya. dan yang paling penting, live in ini menyadarkan aku ternyata aku nggak ringkih-ringkih amat. ternyata aku bisa jadi seseorang yang bertugas mengayomi teman-temanku. yang lebih ngangenin lagi adalah cara kita hidup disana, bukan karena malas-malasannya, bukan karena kita diperlakukan layaknya tamu, tapi karena aku merasa disana aku merasa nggak punya beban hidup. meski bau kambing, meski lantainya tanah, meski kalo pagi tanganku dingin semua, tapi aku senang. makasih megi, farrel, alma, dika. aku kangen serumah sama kalian.

Pemilihan Duta Bhaskara 2014. terima kasih buat siapapun yang dulu pernah ngelike fotoku di ig nya dutabhaskara, vote kalian sangat membantu. aku sebenernya bukan tipe orang yang ingin ikut beauty pageant kayak duta bhaskara ini, tapi entah kenapa waktu itu aku malah semacem niat lagi, bukan cuma pingin. dan alhamdulillah dari hasilku selama ini membangun kualitas diri, akhirnya sama tuhan dibalas. meski duta bhaskara ini ajang yang belum terlalu besar, tapi ajang ini cukup buat jadi motivasi buat aku untuk nggak ogah-ogahan dalam berusaha. karena ternyata memang tuhan mendengar apapun doa kita dan tuhan akan selalu tahu mau kita. duta bhaskara menyadarkan aku ternyata aku masih berharga di mata orang lain.

Guyon ngawurnya IPS JAYA. ya nggak perlu dijelaskan lagi sih ini, kadang guyonnya ngawur banget. kadang norak gak penting, kadang  receh. tapi guyonan mereka yang selama ini menghiasi hari-hariku yang putih hitam dan abu-abu. jadi ya mungkin suatu saat ketika aku udah kuliah atau kerja dan sibuk gitu, bisa aja tiba-tiba aku kepikiran guyonnya.

Guru. tiap guru biasanya punya kesan buat aku. entah dari cara ngajarnya, filosofi hidupnya, atau bahkan cuma wanginya. contohnya bu endang yang bajunya warna-warni, modelnya lucu-lucu, selalu matching dengan kerudung dan baunya selalu kayak pake minyak telon dicampur bedak lavender, bu evi yang wanginya kayak manten dan biasanya kecewa sama kita. pak sugeng yang selama ini terkesan resek tapi ternyata orangnya mengayomi banget kayak bapak kita semua, mana udah mulai mengajarkan kita e-learning juga. pak malik yang cuma ngajar aku setahun tapi setahun itu pula kita sering banget crash karena pak malik biasanya melihat segala sesuatu dari sudut agama islam. pak bambang yang suka ngasih nasihat. pak ming yang suka cari-cari kesalahan. pak sas yang nggak pernah ngajar tapi mobilnya rajin ganti, bu ismi yang pernah ketiban pager, bu rina yang selalu ada buat aku dari aku mother's pray sampai aku didzalimi dan sekarang bingung snmptn, bu sita yang bikin aku suka dan ketagihan nari, bu diah yang pecinta alam dan suka cerita tentang luar negeri, bu anik pkn yang kerpusnya pernah copot dan sering cerita haji, pak khoir yang kalo ngajar nggak pernah full, pak tristan yang bikin aku nulis lagi, bu al yang bikin catatan sejarahku full, pak mubatsir yang berhasil bikin aku berkerudung tiap jam agama padahal sebelumnya aku cuek banget hanya karena aku merasa figur pak mubatsir sangat opa banget dan bikin sungkan, frau endah yang sayang banget dan nggak segan-segan negur aku kalo aku mulai males belajar bahasa jerman, bu ika yang loveable dan pak hari yang cara ngajarnya kayak lagi ngomongin temen sendiri. wow, that was a lot.

 ya mungkin itu dulu sih. kata orang-orang, kita mungkin nggak kangen orangnya, kita kangen kenangannya. menurutku sih enggak, kita kangen detailnya.


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...