Langsung ke konten utama

it's a phase, it's a phase.

you know, when I decided to write a blog post, usually because I've been thinking lately.

well, now I don't. I write a blog post because I'm not thinking about anything lately. I've been busy with task and work, this is all overwhelming and I don't even have any time to wander around. bahkan di jalan ketika aku nyetir, it was always in such a rush. no time for ngelamun-ngelamun goblo. begitu pula ketika tengah malam dan baru sampai rumah, I just simply sleep the whole night. without thinking about anything, nggak seperti ketika aku sekolah dulu, ketika malam-malam nggak bisa tidur dan hanya memandang langit-langit kamar dengan sendu. I just miss that kind of night.

now, if I have that kind of night, I would probably cut myself in the veins because life has been swallowing me around. the task, work, family, friends. banyak hal yang aku korbankan dengan segala kesibukan ini. but I'm happy after all. I'm sad, I get angry, I feel sick. but happy.

college has been so much fun. it's a fun because I lolololololove communication. how people interacted to each other and it becomes who they really are, the arts of exploring people with language and symbols, so does many other things that I actually write on this blog about people (turns out is really in the books), excites me. tapi tugas dan segala test yang take home serasa mengejar terus. sometimes I need to stop and clear my mind, tapi gak bisa.

satu-satunya relaksasi buatku mungkin cuma kerja. entah kerja atau tempat kerjaku. aku selalu senang disini entah kenapa. meski kalo mau berangkat mager, tapi setelah sampe pasti males pulang. ada aja yang aku kerjain. meski kadang aku disini sedirian dan hanya berkutat dengan laptop dan tugas-tugasku sampe punggungku serasa mau rontok, but I love this place. I don't know why. melihat tempat ini berubah jadi suatu tempat yang menjadi derita buat yang lain itu sakit. the things is, I can't control their mind. aku nggak bisa mengatur pikiran mereka untuk suka terhadap satu hal secara spesifik begini.

in this point, sepertinya semua orang lagi bosen dan menyalahkan keadaan, tempat, orang, siapapun dan apapun yang bisa disalahkan kecuali diri mereka sendiri. I am not that kind of person.

I am that kind of person who's willing to please everybody.
listen to their sad story, smile everytime they're angry, calm everybody out and remain silence. I just simply, listen. I'm basically a trash bag, oh tentu saja...

lagi chillin' nih michiko
for me, personally. it's just a phase. rasa bosan, rasa capek kerja dan kuliah bebarengan, rasa bahagia yang hanya sementara, this is all a phase. I don't know how people get through with it, but I think this is the way I could enjoy life. we are suriving in our own way. I can't blame them for that, and so do they.
it's just... curahan hati mereka itu yang kadang membuat aku lelah. lelah secara mental tentunya.

I try my best to not being too emotional because being vulnerable is so wrong in this society. I can never done that because my emotion could affect how someone would treat me or at least, their mood. I've been doing this all my entire life and nobody is taking an actual care. sometimes I feel so small and inadequate but I have to tell myself that I should not take their words that much. sulit memercayai bagaimana orang-orang bisa hidup tanpa mengetahui bahwa right beside them, this is me. berkutat dengan pikiranku sendiri, terus menerus menyalahkan diri mengapa orang lain nggak bisa menganggap kehidupan mereka sebagai hal yang memang harus dijalani dan hal yang memang selalu disertai konflik.

but we survived after all, don't we.
well, I will just keep telling myself, it's just a phase.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...