Langsung ke konten utama

super late update!! + main details on school

EH GUYS.
omaga aku terlalu larut dalam kebahagiaan until aku lupa untuk menceritakan pada kalian bahwa,

AKU LOLOS SBMPTN 2016. alhamdulillah ya Allah tiada lagi nikmat yang paling kusyukuri daripada ini. karena ampuuuun aku kayak ga modal banget, cuma les matematika doang berbekal buku sbmptn yang udah out of date itu, ternyata cukup menolong alhamdulillah. dan yang perlu aku syukurin lagi, aku masuk ke pilihan pertamaku yaitu Ilmu Komunikasi UB. yay!!!!
I feel like I was dreaming that I have to pinch myself, ternyata enggak:))) alhamdulillah.

maaf ya ini sebenernya udah lama banget sih cuma aku aja mudah teralihkan ke hal lain.
semoga yang ini berkah yaa. amin amin amin. AKU MASIH GA PERCAYAAAAAA KYAAAA~~~~

aku jujur aja nggak ngerti kalau seandainya aku belum menjadi seorang mahasiswa tahun ini, akan ngapain aku???? karena ya I have no plans, I may be depressed and I'm running out of money. mungkin banyak orang bilang sekolah itu nggak terlalu penting terutama kuliah, you are wrong. you are distracted. you choose to pay attention to the main details instead of every little details. still details, tho. 

ketika kamu sekolah, you consider it as a routine. senin sampai jumat/sabtu. hanya sekedar kewajiban aja. menganggap sekolah memang fase yang harus dilewati. kamu lupa bahwa masih ada pilihan untuk tidak bersekolah. itu little details yang tidak kamu perhatikan, padahal ya itu details juga.

aku pun selama ini juga merasa nggak memperhatikan banyak little details selama sekolah. kayak bahwa sekolah itu mengajarkan nilai-nilai moral yang ternyata hingga saat ini jadi pegangan teguhku dalam memutuskan segala sesuatu. sepertinya aku ada masalah dengan fokus ya._. selalu ter-distract gitu.

hidupku di TK kayaknya biasa aja memang, aku nggak terlalu memikirkan pada saat itu. tapi aku inget satu momen dimana aku nari balet :)))) I'm the only ballerina in the school. I couldn't be much happier than having everybody's attention on the stage, my first stage as a kid! waktu TK aku belajar that I was that different. aku memang nggak seperti orang lain dan aku nggak seharusnya mencoba untuk menjadi orang lain. since then, aku pede-pede aja pake outfit apapun. what a good vibes for a kid.

waktu SD aku mulai krisis kepercayaan diri karena pada saat itu aku sering banget diolok-olok. aku jadi semakin menutup sisi diriku yang berbeda dan mulai blend with the society. agak nyesel sih, tapi ya nggak papa karena pada akhirnya aku juga mendapatkan kesempatan-kesempatan yang menjadi leapstone ku di masa kini. keep your friends close but your enemy closer. temen-temen yang mengolok-olok aku sekarang jadi sahabatku hahahaha. 12 years and still counting.

waktu SMP, nah ini nih. seru! disini aku belajar bahwa, it's fine to give yourself a time to break.  sebagai seorang manusia aku merasa bahwa hidup ini harusnya untuk  selalu berjuang dan mencapai apa yang membuat kita bangga terhadap diri kita sendiri, dan syukur-syukur bisa membanggakan orang lain. tapi ketika SMP ini, aku malah merasakan serunya perjalanan dalam perjuangan itu, jadi ya... aku menganggap pencapaiannya itu bonus aja. a little gift for yourself never hurt, malah mungkin dapet bonus hehe.

waktu SMA, tough life. aku nggak mendapatkan apa yang semestinya aku rencanakan. dari mulai SMA tempat aku sekolah sampai kehidupan di dalamnya. aku sempet kerasa kayak "wah nggak bisa diterusin nih, I have to find another path" tapi kemanapun aku pergi tetep aja perginya kesana. alhamdulillah, mungkin memang dikasih spoiler kalo jalanku kesana. dan disinilah aku sekarang sebagai mahasiswa ilmu komunikasi universitas brawijaya. singkatnya, masa SMA ini membuat aku belajar bahwa mungkin hal nggak berlangsung seperti yang kita rencanakan, mungkin pilihan kita pernah salah, tapi kalau kita yakin semua alang yang merintang nggak akan berarti apa-apa buat kita.

gitu. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...