Langsung ke konten utama

tujuan berpacaran. jangan asbun!

ada beberapa hal yang nggak dipahami oleh orang yang nggak pernah menjalin hubungan, orang yang lama nggak menjalin hubungan dan orang yang nggak pernah lama punya hubungan. salah satu kata-kata yang aku inget, dari guru sosiologi,

"dalam menjalin hubungan, kalian akan banyak belajar tentang kompromi."

orang yang nggak pernah menjalin, lama nggak menjalin dan nggak pernah lama punya hubungan, mungkin lupa bahwa suatu saat tujuan mereka berhubungan bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan dicintai dan mencintai, namun juga melatih cara kita untuk berkomitmen terhadap seseorang. ya memang kualitas dari komitmen sendiri tidak dapat ditentukan dari jangka waktu hubungan, namun kadang kualitas tersebut memang bisa bertambah seiring dengan berjalannya waktu.

kalo kalian bertanya-tanya kenapa aku bikin post ini, beberapa bulan lalu aku ada masalah dalam hubunganku dan aku curhat ke beberapa temen yang lebih dewasa. aku hampir nggak percaya ketika mereka malah nyuruh aku untuk putus padahal menurutku masalah itu ya masalah yang wajar dan cenderung kecil. masalah yang bikin kita kesal tapi juga kangen kalo nggak dimasalahin. yang bikin heran lagi adalah usia mereka itu jauh lebih tua di atasku tapi ternyata solusi yang mereka kasih sama sekali bukan solusi yang dewasa. dari situlah aku mulai paham bahwa jangka waktu memang nggak menentukan kualitas. tapi juga aku nggak bisa menyalahkan mereka sih, karena memang mereka nggak akan paham karena beberapa dari mereka adalah orang yang nggak pernah menjalin hubungan, lama nggak menjalin hubungan dan nggak pernah punya hubungan yang lama.

mereka terkadang lupa bahwa masalah memang ada untuk dicari solusinya dan dijadikan pelajaran di masa depan, bahwa itulah perjalanan mengarungi lautan di atas bahtera bernama komitmen,  dan mungkin mereka juga lupa bahwa suatu saat mereka juga akan mengarungi bahtera tersebut hingga akhir hayat bersama dengan orang yang diharap akan bertahan bersama mereka.

pada awalnya, aku pacaran untuk memenuhi kebutuhan akan kasih sayang dan perasaan dicintai. tapi lambat laun aku mulai sadar bahwa ternyata manusia cenderung punya hasrat untuk mencintai, jadi aku mulai memutuskan bahwa aku pacaran untuk memenuhi kebutuhan mencintai. beberapa bulan kemudian aku sadar bahwa ternyata manusia suka mengurus pernak-pernik kehidupan manusia lain, mencerca kebiasaan buruknya yang tak diubah dan merindukan hal-hal yang awalnya menjengkelkan, itulah tujuanku berpacaran selanjutnya. setelah berjalan hampir 2 tahun, aku mulai sadar ternyata tujuan berpacaran itu nggak pernah berganti, hanya bertambah. seiring bertambahnya tujuan ,bertambah pula usaha yang kita ambil untuk mempertahankan kebutuhan-kebutuhan tersebut. itulah yang menurutku menambah kualitas hubungan kita juga.

mungkin kalian yang baca ini mikir "yaelah udah nikah berapa tahun sih lu berani ngobrolin ginian", yah aku kasih ini menurut pengalamanku aja. cuma ingin mengingatkan yang pacaran untuk menambahkan tujuan berpacaran, semoga membantu untuk menambah kualitas hubungan. dan mengingatkan buat yang jomblo biar gak asbun. wes jomblo, asbun, gak payu lo.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...