Langsung ke konten utama

truly yours

kepada magista yang bercandanya tak pernah jauh-jauh dari rumah bordil.

10 menit lagi jam 2 pagi, aku masih berjaga. mungkin efek kopi tadi, mungkin efek rindu (kopi ngasih efek sih, tapi nggak banyak).

many things goes through my mind,
malam ini, mungkin di luar sana ada orang yang merasa aku bajingan karena sudah nyuekin. malam ini, mungkin di luar sana ada orang yang merasa aku bajingan karena nggak mau kasih dia foto bugil. malam ini, mungkin di luar sana ada orang yang merasa aku sering dugem, bodoh, nggak jelas, dan masih banyak lagi anggapan jelek orang lain terhadap seorang michi.

sebuah kebetulan yang ya Allah-plis-jangan bahwa seorang michi ini juga salah satu dari kelas bernama MAGISTA, lebih tepatnya PSM (paguyuban selir magista).

aku nggak terlalu peduli apa kepanjangannya magista, aku cuma peduli bahwa nama grupnya memang benar-benar fakta. Magista La Familia.

you guys, really, is a family.

beberapa bulan setelah kita nggak lagi berada di satu kelas yang sama, aku nggak tahu kenapa tiba-tiba ingin menulis ini. aku tiba-tiba kangen, kangen banget. seperti halnya teman kecil yang rindu kepada layang-layangnya yang putus, namun akhirnya harus ia ikhlaskan dengan tulus.

aku kangen ketika kita berdoa sebelum tanding futsal atau voli pas porseni. I'm not a religious person, kalian yang buat aku berdoa. kalian mengenalkan aku kesucian dari berdoa, kalian yang mengingatkan aku kepada siapa aku harus berserah dan kemana aku nanti akan kembali.

aku kangen ketika catokan di kelas. ya sederhana sih, catokan aja apa spesialnya. tapi aku tiba-tiba inget berapa  ribu informasi yang sudah tersebar melalui kegiatan catokan ini. tiba-tiba inget gimana catokan ini telah mengubah mindset seorang anak-anak untuk bersolek seperti halnya remaja. tiba-tiba inget betapa pedulinya kalian ketika ada yang susah nyatok atau lagi mager tapi perlu catokan. hal-hal sederhana ini yang mengingatkan aku bahwa sejahat apapun, sehina apapun, segoblok apapun seorang michi, somewhere out there masih ada yg betul-betul care. mungkin nggak dari perkataan atau apa, tapi benar-benar menunjukkan melalui tindakan yang tulus. 

aku kangen ketika curhat tentang apapun di grup, because that's just so us. mungkin akan ada yang ngejudge, mungkin akan ada yang mulutnya nyablak, mungkin ada yang memperingatkan dengan halus. but that's remind me of basic reaction of a human being in an ordinary society. kalian mengingatkan aku untuk menghadapi yang selama ini menjadi momok buat aku. apa ya, kalian membuat aku merasa nggak ada yang salah dengan diriku karena toh memang setiap hal ada pro dan kontranya. kalian mengingatkan aku untuk melihat sesuatu dari lebih dari satu sudut pandang, dan semoga bekal yang kalian kasih ini benar-benar jadi pedoman buat aku terutama di dunia perkuliahan dulu, untuk sementara ini. 

aku kangen kalian. karena kalian membuat kekalahan terasa seperti kemenangan. karena.... ya karena kalian. nggak ada alasan lain untuk merasa menang kalau kalian bukan pemenang. kalian berhasil menjadikan seorang michi yang nggak pernah menang ini merasa menjadi pemenang dengan bercandaan kalian yang nggak aturan, mulut-mulut kalian yang nyelekitnya astaghfirullah, umpatan-umpatan kalian yang sesungguhnya nggak terlalu diperlukan, momen-momen manis romantis dan terutama pelajaran-pelajaran yang secara nggak sengaja terpikir dalam keheningan di kelas sempit dengan dua kipas angin yang agak malfunction. meski nggak pernah menang, tapi ya alhamdulillah gitu lo masih diizinkan ikut kompetisi. yaudah, itu lebih dari cukup untuk merasa jadi pemenang. bukan untuk menjadi congkak, untuk sekedar bersyukur.

terima kasih sudah mengembalikan seorang michi yang dulu dan melengkapi dengan cukup untuk menjadi michi yang sekarang. 

people comes and go, mungkin kalian suatu saat akan go, mencari jalan hidup masing-masing, menebar jala harapan seluas-luasnya, membelit mangsa sekencang-kencangnya. nggak papa, aku bisa mengerti. melalui ini aku cuma ingin kalian tahu, memang kalian berkesan bukan karena kelas terakhir di masa putih abu-abu, bukan karena pada tahun itu kalian ingin mengukir memori sebanyak-banyaknya, tapi karena memang mungkin kita dipertemukan untuk menjadi berguna bagi satu sama lain dan bersatu untuk berguna bagi dunia.

no weakness, no pain, no mercy. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...