Langsung ke konten utama

things that about to be forgotten

hai!
it's 24th of february.
di luar hujan.

hari terakhir try out hari ini. it's a month before the national exam. and shit i have nothing to discuss...
beberapa posting yang lalu, aku pernah bilang bahwa aku udah punya catetan yang akan mengingatkan aku untuk posting dengan tema apa dan apa aja yang akan aku tulis. ternyata jauh dari ekspektasi, i'm way more busy than usual. banyak hal yang harus diurus dan dilakukan ternyata, jadi aku cuma sempet posting ketika ada wifi sama waktu aja. dan ketika ada wifi sama waktu, aku gak bawa catetan hehehehe.

tapi tiba-tiba tadi di perjalanan pulang aku  inget kejadian tanggal 20 februari 2016 kemaren ehe.

just as you know, tanggal 20 februari itu ulang tahun sekolahku. yay!
ini HUT terakhir sih buat aku. tahun ini. setelah disiapkan mau ngapain sedemikian rupa, akhirnya hari itu datang juga. referensi HUT versi kita ini mungkin terlalu terinspirasi dari HUT ke 41, which is itu angkatannya mas dio. yang pake bubuk warna-warni hihihi. kali ini kita pakai air yang dikasih pewarna. it was awesome, for me.

waktu itu, bener-bener dunia rasanya cuma milik kita. padahal cuma semprot-semprotan gitu doang. tapi abis itu pas mereka nyanyi lagunya ipang yang sahabat kecil, pada mewek.

aku pun iya dikit, tapi sebenernya apa sih yang ditangisin? bukan, bukan karena aku that type of person yang menanyakan hal seperti ini just to mocking others by being sensitive. I'm a sensitive person, actually. I cry a lot. but I really don't know why the tears keep streaming down our face that day. are we happy? so happy that we cry. are we sad? what so sad about dancing along with your friend and laugh together?

mungkin secara tidak kita sadari, mungkin kita semua menangis karena menyadari bahwa hal-hal yang berlalu hari itu suatu saat akan jadi momen yang terlupakan dan akan kembali diingat di masa paling bawah di hidup kita. mungkin ketika deadline menumpuk di kantor, ketika anak kita nangis entah kenapa di tengah malam, mungkin ketika kita patah hati atau mungkin karena kita disiksa kebosanan dalam rutinitas yang gitu-gitu aja. we know deep in our heart bahwa masa SMA yang dulunya kita anggap masa seneng-seneng, ternyata juga merupakan masa kejayaan kita meski nilai kita jeblok atau kehidupan di rumah kita berantakan. masa dimana kita mulai merasakan yang namanya roller coaster kehidupan, ketika lagu-lagu cinta nyatanya sama seperti apa yang kita rasakan. it's all a reality.

the reality force us to deal with ourselves.
and to be honest, i'm not ready to let things go.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...