Langsung ke konten utama

the concept of love

love should be a bottle of wine. the older it gets, the better it is.

that was a quote by me. hahahaha. kadang aku mikir sih gimana aku dengan pemikiran kayak gitu malah nggak tahan berlama-lama untuk  menjalin hubungan dengan seseorang. gimana aku bisa nanggepin orang curhat tentang percintaan mereka sementara mungkin di sisi lain aku juga ada masalah. ya kalo dibilang aku takut akan komitmen, nggak juga. malah aku seneng banget bisa berkomitmen, wong dasarnya aku juga kalo nggak dikasih komitmen malah tidak terkontrol. ngawur.

barusan pulang sekolah jam 10, habis UAS, trus secara spontan nyamperin virza yang ternyata lagi di smp. call me anything, but let me tell you I cry a little on the way to my old school. kembali lagi ke tempat aku dulu pernah merasakan kejayaan, belajar banyak tentang cinta sampai selama ini aku bisa kasih orang-orang saran, sebelum jadi apa-apa. aku pengennya sih dulu kembali ke smp untuk bisa ke ibuk, bisa cerita aku udah ngapain aja, udah sampe mana aja. gitu. tapi bahkan sampe hampir 3 tahun aku keluar dari sana, aku bahkan belum jadi apa-apa dan belum kemana-mana. dan ironinya lagi, hari ini aku kesana karena aku terlalu putus asa untuk membenahi hubunganku.

(eh tapi tadi lucu hahahaha, ibuk bilang hermawan ke sekolah waktu itu, pas hermawan ke kantin ibuk lupa namanya, pas inget namanya hermawan, ibuk langsung bilang, "oh iyaaa!!! mira!!! hermawannya mira kan!!" gimana ya rasanya jadi hermawan, diingetnya gara-gara mantan)

karena aku beberapa hari ini sedang mengharu biru, jadi aku juga nonton yang romantis-romantis, lagu juga yang mellow. gitu deh. and then I realised something from this legendary film I always watch when I'm down, the notebook.

what if love should be destroyed before we realised that the love fix itself?
liat semua film cinta-cintaan. pasti ada part berantemnya. for me, destroyed is different from destroying the commitment. commitment is something you make, but love is something that grows inside of you.

kebetulan aku dulu gitu sih. jadi aku sempet suka, sempet sakit, tapi trus aku sadar mungkin ini yang terbaik. ketika aku berusaha mengikhlaskan ternyata aku dipertemukan lagi. but it's different now. apalagi dengan peruntunganku juga nggak gitu gitu banget sih, I'm not that girl who blow your mind away and makes you kneel down the ground just to be with me all over again. I'm just not that girl. so yeah, I'm afraid that once it broken, we're not going back together. because I think that our commitment was broken and we have to start it all over again. and the last rose I receive was on my birthday. and we don't talk a lot anymore. and the last time we met, you don't kiss me goodbye.

because I thought what we had was real and we are not that cheap to give up on random shit. because I always wondering how are we going to end. because I always thought that we are both lonely  when we met. because I don't want us to ended up like my last relationship. because after all this time, I still can't write anything sad. because after all this time your hug still feels like home.  because I don't think we could be this messed up. because this is not what we are. because just because. just as you know what promises I've been telling you, and you can't  trust me anymore, aren't you?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...