Langsung ke konten utama

to love or to be loved

sebelumnya, selamat ulang tahun ya untuk galuh dwi handaru. tema  3 tahun sekelas, we've been through a lot, you've been my person karena dari sekian orang yang kenal aku, I think you're the only one that really knows me well like a best friend. aku nggak mendoakan kamu, aku mendoakan doa-doa terbaik dari orang-orang yang mendoakanmu hari ini agar sampai ke tangan Tuhan dan diproses sebagaimana biasanya, dikabulkan ketika dibutuhkan.

hari ini, aku mau ngomongin jatuh cinta. kalau boleh memilih, which one would you choose? to love or to be loved?
pasti kebanyakan ya to be loved lah, begitu pula aku. liat aja kebanyakan postku yang dulu-dulu pasti lebih pro untuk dicintai daripada mencintai. but things change. mungkin aku waktu itu bikin post karena aku lagi dikecewain atau gimana, lupa. tapi yang jelas, aku sekarang lebih memilih untuk mencintai sih. let me break it down to you.

menurutku, mencintai itu membuat kita hidup.
ya emang enak sih dicintai, khususnya cewek. kalo cewek pasti di fase-fase awal hubungan biasanya mendapat perlakuan istimewa bak putri raja. dibawain bunga, surprise yang lucu-lucu, yang bisa buat pamer di instagram dan path. kalo cowok diingetin  ibadah, dibangunin, telfonan sampe malem. you don't think I know this kind of things, right? I've been there.
tapi menurutku yang membuat momen-momen di atas spesial itu justru karena kita mencintai, bukan dicintai. karena kalo misalnya kita nggak suka balik sama orangnya, apapun yang dia lakukan ya akan terasa salah. mau bikin seribu candi, kalo kita nggak suka balik ya si dia jatuhnya malah freak. sorry not sorry.

ada orang yang bilang, siap jatuh cinta berarti siap sakit hati. don't you think sakit hati is a gift? aku pernah sih ngepost soal ini, tapi maknanya kurang tersurat aja menurutku. tapi intinya begini, pain is what makes us alive. kalo kita masih bisa merasakan, ya berarti kita masih hidup. lagian dalam setiap keputusan kan selalu ada resiko. seperti halnya kalo kita memutuskan makan batagor tengah malam trus minum STMJ, ya udah resiko kalo nanti tiba-tiba nambah setengah kilo. anggap aja sakit hati itu resikonya dari jatuh cinta.

maka dari itu, sekarang tiap ada temen tanya, enaknya aku pilih si dia yang nggak tau aku suka dia apa dia yang suka sama aku ya? aku akan jawab, yang kamu cinta aja.

aku dulu nggak percaya karena aku merasa mencintai itu nggak enak. jarang banget ada orang yang suka aku balik, awalnya kalo pacaran aku suka asal terima orang aja karena jarang yang mau sama aku. tapi setelah aku ketemu mas dio, aku jadi mikir. mungkin ya emang nggak semua cinta bisa diperjuangkan, ada cinta yang dibiarkan aja seadanya. kayak selama ini aku suka sama mas dio, ya emang mungkin dari dulu aku masih suka tapi yaudah tak simpen aja, aku melakukan segala aktifitas biasa aja, deket sama cowok lain ya biasa aja, tapi ternyata takdir berkata lain. saat kita sama-sama berada di lowest point of our life, kita dipertemukan dengan satu sama lain. trus deket sampe sekarang. cinta yang dibiarkan seadanya tadi ditambahin dikit secara pelan-pelan sama Tuhan.

I expect nothing from you guys after reading this post, I just feel like my thoughts about love based on my story need to be post. just in case you're in the middle of this kind of situation. 
good night, love.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...