Langsung ke konten utama

finally found perfect

buat kalian-kalian yang ngefollow twitterku pasti nggak asing dengan kata ini sebagai bio dari akun twitterku sendiri. iya. itu semacem sugesti untuk diri sendiri, untuk percaya bahwa you'll finally found perfect. everyone will finally found perfect.

and here I am, telling you the definition of perfect.
tapi ini cuma buat aku sih. karena menurutku perfect berarti aku merasa whole, udah nggak ada lagi lubang yang perlu ditutupi.

I finally found a man. a real man not just some random dude. emang aku murahan banget, tapi murahanku itu ternyata nggak murahan buat dia. and I love him. as much as he loves me. nggak muluk. I finally found someone who appreciate my brain as much I do.
bagi kalian yang nggak pernah ngobrol sama aku like in a deep conversation mungkin  nggak tahu bahwa aku bukanlah orang yang kalian lihat di instagram, twitter, path atau media sosial lainnya. I'm way far more serious than that, tapi kalo lagi gila ya gila aja. deep down inside, aku orangnya kalo hidup penuh dengan filosofi. setiap tindakan yang aku lakukan selalu ada dasarnya. dan aku memang dengan sengaja mau belajar seperti itu biar hidupku nggak kosong dan someday, bila Allah mengizinkan, aku bisa ngasih wejangan ke anak-anakku kelak. amin ya Allah. moga anakku nggak nresulo diceramahi ibuke tok. semoga bapaknya juga asik jadi hidupnya balance nggak cuma menye-menye doang kayak ibunya. dan ini alasan kenapa aku bilang I found a real man, dia percaya omonganku ada benarnya, dia percaya aku. what I said is not just some kind of bullcrap.

I finally found my career. my thing. aku udah nggak ngeband. yes. beberapa waktu yang lalu, kalo ditanya aku mau tampil dimana, aku selalu jawab bahwa aku udah nggak mau nyanyi. tapi ternyata gak bisa. it's my passion. mungkin waktu itu aku nggak nyanyi karena emang lagi banyak hal yang harus diurus jadi nggak sempet latihan dan sebagainya, tapi aku sadar bahwa meski nggak latihan dengan intens pun, hal yang paling bisa bikin aku rileks ya nyanyi. and I thought, I need this. mungkin nggak sama band, tapi aku harus tetep nyanyi, the show must go on, all over the place, or something. like the beatles said, get back! get back to where you were belong!
nanti ada acara lomba dalam rangka HUT SMARIHASTA, itu officially aku mulai solo lagi.

I finally found my person. mungkin ini terdengar klise atau apa, aku nyesel masuk SBC belakangan ini. harusnya aku masuk dari dulu, waktu itu malah fokus ngeband. padahal ngeband cuma buat KSSH tok sama HUT. aku sebenernya kelas 11 ini iseng aja pengen coba hal baru sebagai announcer, pingin ngrasain rasanya siaran. trus ternyata malah membangun koneksi emosional sama orang-orang yang mendukung terlaksananya mimpi iseng-isengku, dan ternyata siaran itu asyik banget! aku belajar banyak dari SBC, dari gimana cara nyiapin acara, sampe siaran maupun ngeMC. makasih ya, rek. siapapun anak SBC yang baca ini. we are so special satu.

sebenernya kalo mau dijelasin lagi sih, banyak. tapi yaudah segini aja dulu. I don't know, I just wanna write something to keep this blog updated. aku pengen buat siapapun yang masih baca blogku, meski blog ini sudah mengenaskan kondisinya, bahwa hidup memang ada naik turunnya. kalo lagi turun, inget aja bahwa nanti akan naik lagi. kalo lagi di atas, inget aja pasti ada something wrong kalo sesuatu berjalan terlalu mulus. gitu ya, makasih masih baca.
I love you guys.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...