Langsung ke konten utama

jadi cewe labil

guys, mau cerita. baca ya.

my life has been such a roller coaster lately.
rasanya males idup aja. astaghfirullah......

banyak hal-hal yang perlu diperbaiki dari hidupku beberapa bulan ini.
mulai dari urusan pertemanan hingga gaya hidup yang berlebihan,

yes. harusnya, banyak orang-orang yang gak perlu ada di hidupku yang indah ini. banyak orang yang perlu dimasukin recycle bin aja. mungkin mereka berguna buat aku nanti, but not right now. orang-orang yang berusaha menjatuhkan dan nggak pernah mikir gimana rasanya kalo mereka yang diperlakukan seperti aku pun juga.

selain itu, I should blame everyone. yes. sudah selesai masa ku menyalahkan diri sendiri. cukup aku sadar aku salah, udah. lebih dari itu, bahaya. aku sadar lah nggak semua urusan yang nggak beres itu jadi nggak beres karena aku. sadar juga kapasitasku nggak sebanyak "everything is on me". nanti malah tenggelam dalam perasaan bersalah terhadap diri sendiri terus malah nggak bisa memperbaiki apa yang sebenernya salah beneran, gimana hayo? gara-gara ini jadi sadar kenapa banyak anak SMA sampe bunuh diri dan cutting. emang dunia itu kejam, tapi ya sekejam-kejamnya, lah yang dikasih Tuhan kayak begini, trima ajahhhh.

ketiga, nggak semua omongan orang harus didengerin. ada yang bilang aku judes, ini gak perlu didengerin. wong aku orangnya ramah begini kok! ada yang bilang aku nggak bertalenta, ini nggak usah didengerin (dibunuh aja). aku ini bertalenta. really. semua orang itu bertalenta, cuma tergantung bagaimana cara orang itu menyadari talentanya seperti apa dan bagaimana  cara dia mengeksplor talenta tersebut. Tuhan itu adil. mana mungkin Tuhan bikin manusia yang kosongan ketika manusia lain ada isinya?

ada beberapa hal yang sempat hilang dan ketemu lagi beberapa waktu ini. kayak kebiasaan menulis dan bergalau ria.

waktu itu dikasih tugas nulis cerpen. ternyata hasilnya bagus sampe direkomendasikan paknya ke kompas:) gile gak tu. kayak mimpi. dari kecil aku sukanya baca kompas anak tiap minggu trus sekarang dibilang, "kamu tanya guru bahasa indonesia yang lain, edit, kirim ke kompas" WUT. ngimpi apaaaa. jadi akhirnya sampe sekarang suka iseng lagi bikin cerpen.

trus kalo galau itu, ya buat menumbuhkan rasa sebagai manusia yang berperasaan aja. kok kayaknya sekarang hidup flat-flat aja. belum ada yang bisa klik di hati gitu. ada sih satu, tapi ya belum tau hope nya boleh ditaruh sejauh apa. complicated lah. udah gak ada masa-masa pdkt sekian bulan manis-manisan trus nembak dengan "kamu mau gak jadi pacarku?" I'm way past that. ya beginilah daku, umur 16 tahun, jiwa 50 tahun.

lagi fokus cari-cari apa yang cocok buat jadi karir nanti.
pengennya kuliah komunikasi biar bisa jadi public relation di sebuah perusahaan, bagian cari-cari client. atau event organizer. ya semacam itulah.
pengen jadi penyiar radio juga. atau kuliah buat ngajar vokal.
emang kayaknya aku cocok bekerja pada bidang pekerjaan yang membutuhkan interaksi dengan orang lain, nggak cuma duduk di kubikel gitu. eh penyiar radio bukannya duduk di kubikel yak......

mungkin kata rhoma irama bisa diedit ya, masa muda masa yang berapi-api. ganti jadi masa muda masa paling labil.

semoga labilnya aku ini bisa menjadi pelajaran untuk kalian semua kelabilan nggak cuma bikin galau tapi juga ada hikmahnya (ya semua hal ada hikmahnya lah) yaitu ngasih pelajaran biar kalo di masa depan ada kejadian gini lagi kalian tau harus ngapain.

love you all.
maaf posting bila butuh curhat doang.

EMANG SEKARANG SIAPA YANG MASIH BACA WOY.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...