Langsung ke konten utama

susah keleus

entah ada angin apa, lagi kangen masa-masa curhat disini. eaaakkk. kangen waktu blog ini jadi semacem diary gitu. emang seharusnya kita nggak boleh sih terlalu mengekspos dunia nyata kita di dunia maya, ya tapi gimana lagi, udah terlanjur, mau hapus juga eman yaaaa, kan kenang-kenangan masa alay gitu hahahaha. kalo baca-baca lagi rasanya nggak percaya kalo itu yang nulis aku. dari masalah cowok sampe masalah temen sampe masalah keluarga dan unek-unek yang cuma tak pikirin sendirian pas mau tidur ada disini semua. bodohhhhhh....

but then again, ternyata blog ini berguna juga di masa ketika nggak ada yang mengerti kayak begini. ya siapa tau yang baca secara iseng ternyata yang lebih pengertian daripada yang menyisihkan waktu untuk dengerin ceritaku di dunia nyata gitu.

my biggest dilemma sekarang itu, aku susah pede.
nyatanya, aku kelihatan amat sangat pede di dunia nyata, padahal aslinya juga aku kadang nggak bisa tidur karena kepalaku penuh sama unek-unek dan pertanyaan yang jawabannya cuma aku yang tau. it's hard to stay confident in this situation. tau nggak sih rasanya ketika semua orang yang dulunya way far behind you ternyata sekarang progress dalam kehidupan mereka itu jauh mendahului kamu? dan kamu pastinya nggak bisa menghujat karena kamu pun nggak sebaik mereka.

and if you're asking me, "emang perlu ya menghujat?"
nggak usah munafik, when you're on top, pastilah kamu menghujat orang yang ada di bawahmu. tekankan ini, nggak usah munafik.

kata mas rilo, salah satu kakak kelas, manusia dasarnya munafik. tapi mbok ya jangan nemen-nemen.

selain karena progress orang-orang yang jauh mendahului tadi, juga bayangin when you care about everything and people not even care about you even it's just a little thing. sebel nggak se.

trus ketika orang-orang sibuk ngritik kamu, soal ini itu yang mereka sendiri nggak tau aslinya bahwa kamu udah usaha mati-matian untuk ngebenerin hal yang mereka kritik.

kian hari, kian susah menerima kenyataan. tapi kenyataan memang ada buat diterima bukan buat dielak sekuat tenaga. but still, mau nggak sambat juga gimana.............

susah keleus.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...