Langsung ke konten utama

this time has come.when I finally have no confident at all.this bubble has surrounding me so much.make me smaller,and smaller.I finally realized,the world is to big for me.

waktu sd,sering diejek kayak gini juga.kayak aku paling hina sedunia.dulu sih oke,karena habis itu ketemu smp,di smp ketemu orang-orang luar biasa yang convinced me kalo aku itu spesial dan nggak butuh orang lain untuk bilang kayak gitu.i need someone that trust me that much.kalo sekarang,not sure.sahabat terdekat aja bisa jadi sahabat paling palsu.this is the time when i hate this wonderful life,mungkin terdengar amat sangat nggak bersyukur.but i really hate my life and you will have no idea how much i wanted to hang myself up everytime they mocking at me.okay,yes i know.aku gendut.then why?yes i know aku punya tahi lalat.then why?yes i know aku pernah fals pas acara gede,but it was a mistake.everybody make mistakes.anyway,aku juga udah usaha memperbaiki itu.i am a human.aku juga manusia.have you ever been thinking how much this kinda thing affect me?i wanted to die.every each day you mocking at me.

that is how much the thing affect me.

emang yang salah sama aku apa sih?emang kalo aku nggak cantik dan kurus aku nggak pantes hidup ya?i was just wondering why society so mean.emang kalo aku gendut dan jelek,ngaruh di hidup kalian?kalian paling sempurna ya?

rasanya kayak balik ke jaman sd,waktu bener2 nggak bisa apa2 dan nggak punya siapa2.nggak ada yang membela.sama sekali.nggak bisa nangis juga.what am i supposed to do then?sehina itukah aku?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...