Langsung ke konten utama

tugas bahasa indonesia (wajib) : Ditusuk Duri Sendiri

"Menurutmu, kenapa ya kita dipertemukan?"
"Karena Tuhan punya rencana"
"Iya, tapi..... kenapa kita?"
"Karena kita diciptakan untuk bersama?"
Tidak ada jawaban dariku. Siang itu kami habiskan tanpa banyak cakap, menghabiskan secangkir teh hangat yang mendingin, saling merapatkan tubuh pada hangatnya sweater, disergap dingin, diiringi derai hujan, tenggelam dalam imajinasi masing-masing berbekal sebuah novel fantasi di genggaman. Aku jatuh cinta.

--------------------------------------------------------------------------------------------

Riuh redam tepuk tangan penonton malam ini memenuhi penjuru gedung. Malam yang semakin larut tak menyurutkan sorak-sorai yang baru saja dimulai. Salah satu band dari ibukota mengadakan konser, bukan band favoritku, juga bukan band favoritnya. Aku tertarik untuk menonton karena lagu-lagunya yang bisa meramaikan suasana dalam sekejap. Mungkin itulah yang kubutuhkan setelah beberapa hari ini otakku bekerja rodi untuk setumpuk pekerjaan dari sekolah yang terbengkalai karena hari-hari liburku habis untuk melamun seharian, berbincang-bincang dengannya hingga matahari mengantuk dan memaksa gelap malam untuk menggantikan shiftnya.

Namanya Raka, jawaban dari semua lamunan tak berguna yang terlalu melankolis untuk seorang perempuan seperti Aku. Biar kuberitahukan mengapa figur seorang Raka bisa jadi bahan lamunan yang menarik, karena ia membuatku jadi pribadi yang lebih baik seolah ia pernah menjadi Aku. Sebelum bertemu dengannya, Aku merasa Aku adalah versi diriku yang paling baik, namun ia tahu Aku bisa lebih baik sebelum Aku sendiri menyadari itu. Hari itu, Aku ingin mengikatkan diri kepadanya dengan keyakinan ia bisa membuatku jadi pribadi yang lebih baik.

--------------------------------------------------------------------------------------------
lubang untukmu

aku ingin jadi lubang di jalan raya
agar kau melangkah penuh waspada dan lututmu tak berdarah karena jatuh
seperti masa kanakmu yang lincah dahulu

aku ingin jadi lubang di ibu jari kaus kakimu
agar kau bisa tersenyum saat melepas sepatu
dan lelahmu hilang di palung lesung pipitmu

aku ingin jadi lubang di dinding kamarmu
agar kau tak pernah luput mengenakan selimut sebelum tidur
dan kau aman memeluk mimpi

aku ingin jadi lubang tanam bagi mayatmu
agar aku dan kau sempurna menyatu

Puisi itu ia kirimkan bersama sebatang mawar putih yang merekah sempurna, memaksa kedua bongkah pipiku untuk bersemu merah tepat sebelum ia bertanya,

"Itu udah cukup kan buat bikin cewek klepek-klepek?"

Ku jawab dengan sebuah anggukan dan senyum kecut disertai runtuhnya harapan yang jatuh hilang ke palung hati yang paling dalam. Aku berdarah tertusuk duri sendiri. Tak kamu dengarkah dari dalam mimpiku Aku memohon? lukai aku sekali lagi, sekali lagi. Aku rindu melihat kamu menyesal.

--------------------------------------------------------------------------------------------

"Ayo ke depan?"'
"Apa??"
"AYO KE DEPAN!" sahutnya, seraya menggamit tanganku.
Aku tidak suka keramaian, tapi hari ini merupakan sebuah pengecualian. Ia berdiri di belakangku, memegang bahuku sembari berbisik dalam keramaian,

"Aku nggak tahu cara ngomongnya, kamu dengerin aja lagu ini"

lagu apa? batinku.

Andai matamu melihat Aku
Terungkap semua isi hatiku
Alam sadarku
Alam mimpiku
Semua milikmu andai kau tahu
Rahasia cintaku

Aku menoleh kepadanya. Inikah yang selama ini ingin ia katakan? lalu dunia berhenti berputar, hanya ada Aku yang terkesiap, menutup mulut sambil membelalakkan mata tanda terkejut dengan amat sangat. Ia, di belakangku, menggenggam mawar putih yang merekah sempurna, memaksa kedua bongkah pipiku untuk bersemu merah tepat ketika ia bertanya,

"Ini udah cukup kan buat kamu klepek-klepek, Maura?"
Aku tidak menjawab. Aku tidak pernah perlu menjawab, ia sudah terlalu tahu jawabannya. Selama ini, bukanlah seorang Raka yang melukai Aku, namun Aku, hanya Aku, tertusuk duri sendiri.







puisi lubang untukmu karya Aan Mansyur ( @hurufkecil )
Judul dan beberapa kalimat terinspirasi dari puisi karya Aan Mansyur ( @hurufkecil ), Duri Sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...