Langsung ke konten utama

tugas bahasa indonesia (tambahan) : "ngomongin orang"

biasanya sih orang ngerjain tugas dari yang wajib dulu ya, trus baru dipoles pake tambahan-tambahannya kalo diperlukan. but not with me. i'm not that kinda person. dan karena waktu itu di kelas pak khoir bilang bahwa tugas ini di luar tugas materi dan nggak membahas soal urutan pengerjaannya, i'm just gonna do my usual, do whatever i want.this task won't stop me for being who i am.

buat tugas ini, pak khoir bilang, "tambahannya terserah kamu, pokoknya sesuatu yang kamu suka"
the thing is, i get excited when it comes to.............. ngomongin orang.
bukan ngomongin orang karena jelek-jeleknya, tapi lebih ke memperhatikan cara manusia berperilaku kepada sesamanya. cara dia memperlakukan orang yang dia pedulikan.berarti harusnya bukan menggunjing, tapi berdiskusi._. okay. aku suka diskusi.

first, mau cerita dulu, biar nyambung ngomongnya. tadi pelajaran KWU, bu widya bikin resolusi tentang apa yang harus diperbaiki di semester 2 ini. dan itu harus sesuatu yang tidak bersifat fisik. jadi kita harus menyiapkan dua kertas. yang satu kita tulis sendiri, yang satu diputer keliling kelas, trus nanti dicocokin prioritas sifat yag harus diperbaiki yang kita tulis sendiri dan yang ditulis temen-temen sekelas. dan punyaku......... nggak ada yang cocok. kata bu widya, itu berarti kita nggak pintar menilai diri kita sendiri. pertamanya, aku cuma "oke deh, iya kali" trus mikir, ternyata aku cuma butuh lebih jujur ke diri sendiriku aja.

waktu bu widya bilang bahwa aku nggak pintar menilai diriku, aku bisa aja bilang bahwa aku gini-gini-gini-gini, nggak cuma mbatin, "oke deh, iya kali",bisa aja aku mikir bahwa aku cuma butuh lebih jujur ke diriku sendiri waktu itu juga ketika bu widya mengutarakan pendapatnya tentang aku. tapi aku enggak. aku cuma pasrah. baru mikir belakangan.

mungkin inilah yang bikin banyak manusia baru menyadari bakat mereka ketika mereka udah dewasa, udah tua bahkan, sehingga mereka nggak bisa mengasah bakat mereka dengan maksimal, semaksimal mereka-mereka yang menyadari bakatnya sejak dini. karena manusia, terbiasa di dikte oleh orang lain. padahal nggak ada yang nyuruh mereka untuk nurut, mereka terhipnotis aja dengan omongan orang-orang yang mencibir mereka. mereka terlalu nggak mau berbeda, mau seperti orang kebanyakan, padahal nggak ada salahnya untuk jadi berbeda.mereka terlalu sibuk untuk membenahi diri mereka sesuai dengan apa yang orang-orang di sekitar mereka bicarakan, jadi begini dan jadi begitu, menghilangkan sifat yang ini dan sifat yang itu. sampe lupa untuk mikir, what if the behaviour that society asks them to change is their identity?

padahal nggak ada jaminan bahwa orang-orang yang nyuruh mereka berubah itu akan ada saat mereka udah berubah.

so people, please, just stop change yourself for others. change your behaviour when you feel that you need to. not because people told you so. karena hidup untuk orang lain itu melelahkan. dan yang menjalani hidupmu ya kamu sendiri bukan mereka, got it?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...