Langsung ke konten utama

ternyata aku dulu polos banget

okay. judul posting ini pastilah membuat kalian bertanya-tanya dimana letak kepolosanku. eh enggak ya?yaudah kalo enggak. emang nggak polos gitu. sekarang nggak. dulu iya.

ini tak jelaskan sejujur-jujurnya orang jujur dan please don't judge me after you read this whole post.

dulu, pas smp, i thought that i am so supel dan menyenangkan sampai laki-laki banyak yang mendekat.entah itu bbm atau sms atau bahkan aslinya. meski mereka sudah tahu aku punya pacar yang sudah pacaran lama. kala itu, tak pikir perbuatan mereka yang kayak gitu itu okay. dan tak pikir perbuatanku itu okay dan sama sekali gak ngebitch. find out, ternyata mereka cuma mau dapet untungnya doang dan aku terkenal bitchy nemen karena kelakuanku. sampai sekarang aku nggak tahu kelakuanku yang mana yang bikin ngebitch, tapi yang jelas, aku dulu polos banget sampai nggak tahu kelakuanku ternyata bitchy abezsh. but, i've been changed like really changed a lot. alhamdulillah dipertemukan dengan doddy yang selalu meluruskan jalanku dan ngasih tahu aku bahwa kelakuan cewek yang bener itu harusnya yang blablabla.

dulunya, aku mengira cowok yang mengejar cewek taken itu cowok fearless, now i know that they're not man enough. kalo cowok baik-baik harusnya nunggu sampe putus baru dideketin. gak sopan nemen nyerobot antrian itu brooooo. dan aku juga tahu ternyata dulu itu aku nanggepin banget cowok-cowok macem gitu, malah menjurus ke selingkuh. sekali lagi, aku nggak tahu.

i've been changed. i'm not that bitch you'll always hate anymore. you'll hate me sometimes, but not always. kecuali kamu memang sensi sama akyu. tapi nggak ada alasan buat kalian sensi ke aku!!! kalo sensi aku ciyum. muah.

jadi gitu, kalau kalian punya teman yang masa lalunya kelam kayak aku, jangan tiba-tiba ngejudge bahwa dia begini begitu karena dia belum tentu masih gitu. bisa aja dia udah berubah. and you know what, aku lebih seneng orang yang diteriakin bitch tapi dia mengakui dan mencoba berubah daripada orang yang dikatain bitch tapi dia nggak mengakui dan malah lebih ngebitch lagi. okay. too much b in this post.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...