Langsung ke konten utama

nyesek level 9999999

aku bingung aku arep crito nang sopo. soale arek-arek lek aku crito iki pasti jawabane, "kon iku bersyukuro, sik akeh sing luwih nyesek tekan kon, ojok macak susah" yo koyok tanggepanku lek arek-arek crito. tapi sakjane aku gak njaluk dikasihani. aku mek bingung ae yaopo. soale kabeh iki gaiso diubah. padahal obsesi ku sik gedhe. aku gak iso move on.


masalahe. aku gak iso move on guduk mbek sopo tapi mbek opo. aku gak iso move on tekan smanti. 

aku ngerti bodo ancene memperjuangkan sesuatu sing wes gaiso diperjuangkan. aku kudu lapo aku bingung. kon ngerti nyesek diputusno, iki luwih nyesek. aku gak iso lapo-lapo he dan aku merasa garing ndek smarihasta. koyok aku wes kehilangan pesona ngono modele -.- trus ndek kono tak delok-delok areke............rodewe, dhuwik berjibun.

trus wingi aku ndelok teaser e pscs. hwaaa. nangis langsung an. emboh he aku puegel sumpah. aku isin. pegel. opo o se aku gak iso mlebu smanti. opo o. yo ngerti aku kudune bersyukur, sopo eroh ndek smarihasta aku luwih menonjol. tapi aku gak duwe sopo-sopo he ndek kono aku gak duwe kenalan yunooo. aku kudu yakpo. aku bingung. aku sedih. tapi aku yo gak iso lapo-lapo. saiki arepe lapo lek kon wes ketrimo ? wong ibukku yo gak gelem nyogokno aku, dan aku yo gak gelem mutasi masio semester 2 -.- lek iso yo mutasi no saiki ae :( #dikaplok

wes gaiso rek. aku wes tes sembarang kalir. ancene sampe saiki aku durung ikhlas dan aku gak ngerti yaopo cara mengikhlaskan kono iku. bingung aku. yaopo aku engkok ndek smarihasta. serius bingung. aku gak duwe sopo-sopo ndek kono. tapi aku pingin keren.gak mek ngene. lalu mulai kangen masa-masa kelas 8 :( 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...