Langsung ke konten utama
"hei, kamu Maura kan?"
"iya, emmm......kamu Cakra bukan sih?"
"haha iya, kok ragu gitu hehe"
"YA AMPUN KITA LAMA YA GAK KETEMU. ngopi yuk?"

pertemuan di sebuah toko dvd bajakan yang berada di mall kota kecil kampung halaman kita. toko dvd bajakan, berada di mall, tidakkah sukar dimengerti ? bukankah janggal? apa yang telah merasukin pikiran mereka? tidak hanya satu stan. ada 3. atau mungkin 4? entahlah. aku selalu malas berhubungan dengan angka-angka yang katamu dulu menyenangkan. dulu.
adanya stan dvd bajakan ini sama seperti hubungan kita yang tanpa tedeng aling-aling tak terdengar kabarnya. kuakui memang itu bukan sekedar kabar burung, iya, kita tidak lagi berada di satu jalan yang sama. sudah sama-sama berubah dikikis waktu. ya sudah. itu kan cuma pacarannya anak sekolah menengah.

"eh? boleh sih..boleh. lagi nganggur juga sih aku, yuk"
"mau dimana?"
"cafe biasa aja gimana?"
"oke, masih inget ya?"

haha. aku tidak tahu apa yang tadi mempengaruhiku hingga nekat mengajakmu untuk "sekedar ngopi" padahal aku tahu seberapa pendiamnya kamu. aduh. untuk apa juga aku salah tingkah begini. kan aku sendiri yang mengajakmu! ah..andai aku bisa mengulang waktu.kita cuma teman lama.oke.kita cuma teman lama.

"so, how's your life?"
"ah, ya biasa aja, sama kayak kamu."
"lho kamu bukannya keluar kota?"
"kamu juga kan?"
"oh iya sih.katanya kamu waktu itu ke new york?"
"iya. kamu juga kan?"
"iya juga. kok gak bilang aku sih kalo kesana?"
"haha. mau bilang lewat apa?"
"kamu gak punya nomer atau apa gitu kek?"
"enggak.cuma social media.itu pun jarang online"
"ooh"

sudah. begitu saja.

"lagian aku tahu kamu di new york sibuk"
ah kata siapa?aku selalu menunggu kamu. for God's sake.

"haha, kamu bisa aja,enggak kok"
jawaban yang cukup munafik.

"jadi gimana kamu disana?cowok baru?"
wooo easy tiger..

"enggak, aku gak suka bule"
"bukannya kamu suka tom cruise?dia bule kan?"
"iya, tapi kan ngefans ! ih kamu ! bukan buat dipacarin"
"kamu umur berapa kok masih mikir pacaran?"
"nah itu"
"kenapa itu?"
"ya itu, aku ragu gitu."
"haha"
"kok ketawa?kamu udah nikah ya?"
eh kok tanya gitu sih. aduh. keceplosan deh.

"kamu ini apa sih. belum kok. doain ya"
"udah ada calonnya?"
eh itu mulut kayak ga pernah disekolahin aja sih.aduh.

"belum"
"nggak nemu bule?"
"enggak. disini masih banyak yang pantes buat dinikahin"
"oalah..."

canggung yang lama. aku berharap kedai kopi itu tidak sejauh ini.

"ke rumah kamu aja yuk? aku lagi males ngopi"
"lho kan nanggung, udah disini"
"nggak papa, kita puter balik"
"iya terserah kamu aja"

ke rumah?! well, fuck. i can't forget everything that you do to me in my house. itu masa-masa bodoh. masa' aku ulang lagi? kenapa terserah-terserah aja sih tadi! dasar!

di rumah....................

"haha, ganti dekorasi ya"
iya, langkah move on dari kamu.

"iya, ayah minta ganti, bosen katanya"
"ooh, sini"
"kenapa?"
"aku berharap kamu jadi orang yang pantes aku nikahin"
"HAH?!"
"kenapa?"
"lho kamu baru ketemu kok gitu"
"ya abisnya aku gak tahan lagi nunggu kamu"

hihihi, kamu lucu banget sih kalo gitu.
aku memandangi wajahnya yang sekarang sok diserius-seriuskan, air mukanya yang biasa tegang terlihat semakin tegang. kedua bola matanya menatapku tajam dan hangat. menyiratkan keseriusan yang amat sangat. really ? mungkinkah aku masih mencintai kamu setelah hampir 5 tahun tak ada kontar darimu ?

"hari ini aku gak bawa cincin, tapi aku gak tahan, kamu mau gak nikah sama aku?"
aku harus jawab apa..............please help me God.

"loh ada Cakra?! apa kabaaar?! kok lama sih nggak kesini?"
tampaknya darah heboh mengalir deras dalam keluargaku.

"haha iya Tante, baru pulang"
"sama, Maura juga baru pulang tuh hahahaha. oh iya ini teh nya"
"aduh kok jadi ngrepotin gini tante"
"ah enggak repot kok, Tante malah seneng kamu kesini lagi"
"haha bisa aja. makasih Tante"
"yaudah Tante tinggal ya, kalian ngobrol-ngobrol dulu sana"
setelah percakapan Cakra dengan ibuku berakhir, tampak ada sedikit kehebohan di ruang keluarga yang notabene berada tepat di belakang ruang tamu. aduh. aku kan berusaha jaim di depan Cakraaaa.

keluargaku pasti heboh melihat kehadiran Cakra di ruang tamu. seperti masa-masa ketika aku masih labil. masa-masa ketika aku tak pernah mau dijemput ketika jam pulang sekolah karena aku memilih untuk pulang bersama Cakra...........ah, tidak perlu ada yang disesali sebenarnya dari hubungan kami dulu.

"jadi gimana?"
hah ? gimana apanya?

"apanya yang gimana?"
"nikah sama aku nya?"
"hah?! siapa yang bilang gitu?"
"aku kan tanya tadi. sampe sekarang masih pelupa ya kamu"
"masa' sih? iya"
"iya nikah sama aku?"
"iya pelupa"
"trus gimana? kamu mau nikah sama aku aja ribet sih"
"kan aku nggak bilang mau"
"jadi nggak mau?"
"mau"
eh mulutku..................................

aku tidak bisa mempercayai apa yang baru saja kulakukan. aku baru saja memutuskan untuk menikahi seorang Cakra. seseorang dari masa lalu ku yang baru kutemui kurang dari satu hari. mimik kaget baru saja tercipta di muka ku dan Cakra. kurang dari satu hari dan aku menerima lamarannya?

"are you serious?" tanyaku dengan pelan.
"yes i am, aku serius dari dulu"
"tapi kan kamu baru ketemu aku setengah hari. emang kamu nggak nyangka aku berubah apa? dan aku pernah tanya ke kamu untuk mulai dari awal tapi kamu gak mau. don't you think we're all a different person now ?"
"no. aku percaya seberapapun berubah nya kamu, kamu tetap Maura ku"
"tapi aku berubah................."
"aku juga. yaudah. nggak ada yang salah kalo kita berubah."
"tapi kalo kita nggak cocok"
"yaudah kita pacaran aja. tapi jangan lama-lama"
"itu perintah apa tawaran"
"perintah"

Cakra tidak berubah. aku tidak berubah. kami tidak pernah berubah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...