Langsung ke konten utama

detik-detik menjelang wisuda

muahahahahaha. jadi lusa besok, hari sabtu, tanggal 15 juni 2013. aku secara resmi akan dilepas pada orang tua masing-masing. mihihihi.
akhirnya. i'm out of this shitty bullshit fucking hell. eh bukan gitu maksudnya...tapi ya kenyataannya gitu. dan emang banyak banget hal yang tak nantikan waktu wisuda. contoh : bandnya aswin-deco-dede, paduan suaranya adek-adek, his mom.........
you know, about that, i think this is the moment i have to stop fooling myself around him. tapi entah kenapa gak bisa. tetap posting foto. tetap membesar-besarkan harapan. padahal aku ngerti paling dianya udah mendekati cewek lain yang of course better than aku yang udah sok dibetter-betterin.
i don't know...i feel empty and lost. you know.
aku lagi sibuk menyiapkan duet the prayerku sama epong yang serba kesusu sama of course, my jam, new york state of mind nya rachel berry dan marley rose.
new york state of mind. entah karena aku kebanyakan nonton glee atau gimana, kayaknya aku tuh cocok gitu sama new york. liar-liarnya, aku banget, atau gimana ya....atau dicocok-cocokin mungkin ya? tapi aku penasaran banget sama new york. dan karena glee juga he aku itu malah membesar-besarkan mimpiku soal sekolah seni. oke lah epong bisa dengan mudahnya masuk ISI atau ke Juilliard. tapi aku he ? aku sebenernya pengen sesuatu yang pasti, tapi aku percaya when we work with passion, duit dateng sendiri. aku niat banget pengen jadi pemain teater, aku pingin bisa terkenal. aku pingin jadi artis. bayangin seberapa gak realistisnya aku he. maksudku bukan teater jeketi. aku pingin di broadway, aku pingin suatu saat ava twitterku sama robert downey jr atau sama channing tatum. atau sama suamiku. tapi kayaknya sekolah seni itu cuma bayangan, you know......orang tua selalu pingin hal yang pasti kan buat anaknya ? my parent takes it seriously.
tapi aku nggak bisa membayangkan he apa pekerjaanku selain jadi artis...........................serius.





I'M GONNA IMPRESSED YOUR MOM OR WHOEVER COME TO THE GRADUATION.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...