Langsung ke konten utama

bali tralala trilili

haloo. maaf ya lama gak posting setelah posting foto gak niat itu hehe.
iya. aku sendiri sebenernya gak tahu gimana itu kok fotonya bisa gak karu-karuan begitu.
padahal udah di atur loch o.O
jadi aku nggak perlu menceritakan perjalanan ya. soalnya perjalanan naik bis itu ya udah sih gitu aja.

hari pertama di bali, tujuan pertama langsung ke tanah lot tanpa ke hotel. and that's sucks. mandi dan sarapan di tanah lot. trus foto-fotoan. yaudah sih gitu aja. trus habis itu kita ke tanjung benoaaaa. yey. ke pulau penyu juga. yang sebenernya aku gak tau menariknya pulau penyu itu apa -___- tapi glass boat nya lucuuuk. baru sekarang dari glass boat gitu liat ikan. biasanya cuma air doang. trus aku main banana boat juga meski gak digulingin :3 tapi seruuuu. banget. serius. kita harusnya habis dari tanjung benoa kan ke gwk, tapi enggak, kita akhirnya langsung ke krisna, belanja dengan brutaaal, trus finally, hotel. oh yeah. sweet merciful God. akhirnya mandi dengan cantik dan punggung beristirahat dengan baik. yes.
HARI PERTAMA CAPEKNYA KAYAK DISURUH NGULI.

hari kedua, kita dikit sih, cuma nonton barong trus ke joger, naik angkot, ke kuta. eh ini sih tapi serunya disini. jadi kan kita ke joger harus naik komotra, naiknya dari central parkir, lumayan kan ituh jaraknya, kalo gak kuat kerokan noh itu malemnya. trus dari joger kita naik angkot ke kuta. dan wtf itu deket buanget ternyata. tapi ya lumayan sih daripada panas-panasan. nah dari kuta itu harusnya kita nonton sunset dan ngumpul di hard rock cafe jam 6 lebih 15 untuk naik komotra balik ke central parkir. yaudah sih. aku dora dan firyal akhirnya ke kuta, trus ke beachwalk, meski disana cuma numpang minum di starbucks. nah trus kita balik kan jam 6, ditambah jalan dari beachwalk ke hard rock 15 menit jadi harusnya pas. lah sampe disana kok udah ga ada orang..............................krik.dan kita inget tadi udah ada 3 komotra yang dadah dadah ke kita isinya anak smp5. okay. udah kita tenang. trus kita telfon bu hendri. dan kayaknya bu hendri punya kabel rahasia yang nyambung ke otakku, aku berfikir untuk nyegat taksi. yaudah akhirnya kita naik taksi seharga 20 ribu sampai ke central parkir. ternyata kita bukan satu-satunya yang ditinggal, masih ada tete lita tete nuyin dan kawan-kawan yang abis jalan-jalan dari legian dan sampe jam setengah 7 belum pulang ke central parkir .___. nunggu lagi. tapi ya alhamdulillah ga ada yang ilang dan akhirnya kita ke hotel, lalu mandi dan dibeliin japil ayam ori nya ka ep ci. yes. thanks. aku rindu makan enak waktu itu. dan akhirnya malam kita berakhir dengan nongkrong di depan kamar.eh ada yang kelewatan, ke tirta empuuul. jadi tirta empul itu kayak pemandian gitu deh, di bawahnya tampaksiring. and the only thing i love about this place is about the saroong things. jadi yang pake pendek harus pake sarung untuk masuk ke sini. gitu. pakai sarung itu lucu like hell !

hari ketiga, check out dari hotel, lalu menuju ke bedugul. yes. dan di bedugul yang subhanallah kerennya itu aku gak merasa di bali. serius. dingin soalnya hehe. kita foto-foto banyak disitu dan ya emang nggak bisa menahan hasrat untuk nggak foto, kereeeeen !!!!!!! disitulah akhir perjalanan kita di bali. kita juga harus berpisah dengan bli gede, tour guide kita yang setia menemani dari hari pertama dan yang sekarang lagi heboh digosipin di twitter karena dp nya yang super menjijikkan dan kelakuannya yang digosipkan rada pedo.

pulangnya juga gausah di ceritain, biasa aja. dan semua perjalanan pulang terasa lebih cepat kan ? ;)
finally, i'm home. dan emang nggak terjadi apa-apa di bali, aku kehilangan pesona. pada ditembak, pada dipeluk-pelukin pacarnya, pada gini gitu. tapi i'm happy with my girls. instead ditembak, aku malah...........ah gak jadi, but it was fun, thanks bro. i love you.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...