Langsung ke konten utama

surat terbuka untuk hermawan nugraha trisna putra sandika

ada alasan kenapa aku membuat surat ini jadi surat terbuka bukan surat hanya untuk kamu saja, kenapa ? biar seluruh dunia tahu aku pernah bahagia dan mereka juga harus tahu siapa yang bisa membuat aku bahagia.biar mereka ada pelajaran untuk tidak menyia-nyiakan orang yang bisa membahagiakan mereka.
aku tidak yakin, hermawan. aku tidak yakin kamu masih sayang aku atau tidak, kamu masih ingin aku apa tidak, atau kamu bahkan sudah jalan sama cewek lain ? aku juga tidak tahu.
oh iya. good luck ya ujian nasionalnya. uwaw.
aku hanya ingin beritahu bahwa satu tahun setengah kita sebenarnya tidak sia-sia dan aku tidak pernah menyesal atas seluruh kenangan yang kita ukir bersama. aku tidak pernah menyesal telah mengenal seorang hermawan nugraha trisna putra sandika.
you teach me how to live a life. dan kamu menumbuhkan sikap dan watak yang tidak pernah aku ketahui dari diriku sebelum bertemu dengan seorang kamu.
jadi begini, aku cuma mau cerita saja hidupku setelah terlepas dari kamu.
aku merasa aku jadi perempuan paling beruntung sedunia karena pernah digandeng kamu, dibonceng scorpi kesayangan yang kamu tunggu kehadirannya seperti menunggu kelahiran anak sendiri, pernah gendong kucing kamu yang semuanya over-protective sekali ke kamu, pernah dipeluk kamu dari belakang, pernah dibilang cantik sama kamu, pernah diajarin kamu memfaktorkan aljabar, dan masih banyak lagi.
aku beruntung pernah diomelin kamu dan pernah ditelfon kamu magrib-magrib pakai telfon rumah.
lah kita old fashioned banget ya ternyata.
dari awal pacaran sama kamu, aku tidak 100 persen yakin bisa pacaran lama dan bisa mengerti dan dimengerti kamu. ternyata jadinya malah begini.
dari awal kita pacaran bahkan sebelum kita pacaran, tepatnya waktu kamu nembak aku, aku nggak bisa bilang enggak. alhamdulillah kamu nggak minta yang enggak-enggak.
tapi kamu itu gimana ya her, nakal nggak nakal, baik nggak baik. kamu itu unpredictable gitu. jadi tiap hari itu ada aja ulah kamu yang nyenengin, tapi random sekaligus bikin aku terheran-heran dan mikir, "seorang hermawan kayak gini?kok lucu se" lucu in a good way, not in a stupid way.
kamu itu bayangan. setiap ada orang curhat ke aku tentang seberapa ricuhnya hidup mereka, seberapa merananya mereka, seberapa mereka tidak bersyukur kepada Tuhan, satu-satunya yang terpikir di benakku hanya, "untung ada hermawan, jadi hidupku nggak ricuh-ricuh amat", "untung ada hermawan jadi aku gak merana-merana amat", "untung ada hermawan yang mengajari aku bersyukur kepada Tuhan". tiap hal-hal baik itu selalu ada bayangan kamu di dalamnya. aku sendiri nggak tahu kenapa.
cuma sama kamu aku bisa ngemong adek. meski adeknya lebih tua dan lebih sering memanjakan aku. tapi aku suka. kamu itu manja nya gimana ya, lucu. nggak dimanja-manjain, nggak terlalu manja, tapi tetep aja lucu buat aku. 
aku cuma kepengaruh aja hari itu dan aku juga gak menyalahkan kamu untuk menyalahkan aku. karena emang aku yang salah.
but...you know, ternyata ada banyak sekali hal yang bisa membuat aku menye-menye soal kamu. setiap sudut ada kamu. ya iyalah. bahkan dapur, kamar tamu meski sofanya sudah ganti model, ruang tv meski sofanya sudah ganti model juga, dimanapun. bahkan di jalanan meski kita lewat cuma barang sekali, tapi selalu ada yang bisa aku ingat tentang kamu.
ternyata banyak hal yang tidak bisa aku lepas dari kamu.ternyata ada banyak sekali hal yang lebih sulit jika aku lakukan tanpa kamu.
it's hard to be with you, but the hardest part is to be without you.
percayalah, ada alasan kenapa aku harus membuat surat ini jadi surat terbuka. aku mau dunia tahu aku masih sayang kamu. dan biar dunia tahu, you may not a good boyfriend, but you are a good friend.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...