Langsung ke konten utama

there are worse things i could do.

ini lagu di 'glease' nya glee. yang nyanyi santara lopez (naya rivera) as rizzo.

aku kate curhat-curhat ae thithik iki rek,
haha. aku maeng mari ujian sekolah. sik dino pertama.
aku ketok santai. nemen.
tapi deep in my heart aku wedi. podo nemen e mbek santai ku.

aku wedi the world gonna turn over after all this exam.
aku gak iso mbayangno aku ndek sma endi.
aku gak iso mbayangno uripku tanpa arek-arek iki.
moro aku dadi sampah masyarakat ngono.
gak onok sing eruh.
dungakno ae ora.
naudzubillah.

i feel trashy. aku merasa tidak dihargai. merasa aku sampah. i am nothing in this whole world.

"i thought this, this is what a man looks like, this is how a man loves."
"i don't need you to hide from me, to keep me from doing what is right for me. and don't you think that i would rather have been with you."
"you are the first boy who made me feel loved, and sexy, and visible. you are my first love. and i want, more than anything, for you to be my last."

mengutip langsung dari rachel berry. tokoh favorit di glee.
aku berharap aku guduk mich sing salah thok, sing mesti nggarai kon ngamuk, sing gak tau ngerti kon, aku berharap aku iso dadi pacarmu sing genah. but i can't.

i'm a girl, and i wish i'm a woman.
kon kudu ngerti bedane. aku gak tau njaluk putus kon sing mekso 'kamu maunya gimana?'
 "you are my first love and i want more than anything for you to be my last"

AKU MUAK HER.
plis. i can find another man who can keep me satisfied with his attention.
but it's different. when i look at you, even from a far, from behind, from anywhere, you are my destiny. and when it comes to you, i can't describe my feelings. it just makes me happy, the happy feelings that never been in my life before.

that's how much i love you.
and i hope that's not one of the worse things i could do.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...