Langsung ke konten utama

i told ya, i am that bitch.

heran aku.
aku lo wes ngomong ping piro ?
i AM that bitch you'll always hate.

kon gaiso ngomong aku guduk bitch. tekan kelakuanku kabeh wes jelas aku iki bitch, timbang mbok ilokno bitch, aku mengakui aku iki bitch. dan ketika aku wes mengakui kon jek onok sing ngilok-ngilokno aku, iku jenenge kebacut :)

aku iku mek mbatin ae,
kon sing ngilokno aku iku wes iso mengakui lek kon bitch durung?
mengakui dan lebihnya membuat pengakuan iku lek jareku tindakan yang dewasa.
aku merasa aku dewasa. dan lek aku menasehati kon ndek twitter iku guduk sok bijak, aku ancene bijak. soale kabeh sing tak nasehatno nang kon iku saran, kon oleh ngomong iyo oleh enggak. opo o ? AKU WES TAU NGALAMI BEH. genah ae. gak mungkin aku iso ngomong macem-macem lek aku gak tau ditempatkan ndek posisi koyok ngono.

iki aku kate nasehati maneh.
kon lek kate komentar aneh-aneh ndek twitter opo maneh sampe ngilokno wong sing ngetweet iku cobalah pahami dhisik tweet e, bahasane, konteks e. be.e kon durung paham maksud e, durung paham bahasane, mungkin dhe.e nggawe bahasane wong intelek kon nggawe bahasane wong goblok, who knows. opo o aku ngongkon ngene ? lek wong e nglabrak awakmu cek kon gak njaluk sepuro, cek kon iso membuat dhe.e benar-benar salah. mangkane kon lek kate menghujat yo menghujat o wong sing salah. lek kon menghujat wong bener, ketok goblokmu men, kabeh menungso goblok tapi yo mbok ditutupi tah. wong yo dikeki akal kok karo Sing Kuasa.

wes, kon njaluk aku ngomong opo maneh -__-
taek lanang nyocot rame ae koyok gak duwe utek mengong gak iso moco.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...