Langsung ke konten utama

urusan bawah perut

kamu bisa telfon aku? aku mau ngomong.

yaudah ngomong aja disini.

gak enak. di telfon aja.

yaudah bentar.


aku bukan tipe laki-laki yang suka bicara ngalor-ngidul, justru termasuk pendiam. tidak akan berbicara kalau tidak ditanya dan tidak ada perlunya. sebentar ya, aku telfon kekasih hatiku dulu....


"halooh,sayang?" jawabnya dengan suara yang empuk mendayu-dayu.

"halo, iya, ada apa? katanya mau ngomong?"

"aku gak kuat sama kamu"

"lho emang aku ngapain?"

"kamu gak pernah ada buat aku.kayak udah gak butuh aku."

"siapa yang bilang gitu?"

"gak ada, tapi kelakuan kamu nunjukinnya gitu"

"ah masa'?"

"aku ngomong serius kamu jawabnya selalu gitu, gimana aku gak geregetan"

lah, mulai berang dia.

"ya maaf beb, tapi kan aku masih butuh kamu"

"BUAT APA ?! BUAT URUSAN BAWAH PERUT?!"

jreng. kenapa jadi menyangkut pautkan masalah ini..

"apa sih kok tiba-tiba nyinggung masalah itu"

"ya emang kamu dateng ke aku kalo lagi horny aja"

"eh kok gitu ngomongnya"

"ya emang kok.kamu aja gak merasa."

"kamu terpaksa sama aku?"

"enggaklah, tapi kalo kamu dateng kalo cuma mau gitu ya apa bedanya aku sama PSK"

"emang kamu merasa gak ada bedanya sama PSK?"

"ya kalo kamu gitu aku merasa"

"ya jangan dirasain"

"hish ! males aku sama kamu ! nyadarlah kamu itu, kamu pikir selama ini kamu pacaran sama cowok ?! aku juga cewek, By!"


TUT TUT TUT TUT TUT..

yah, dimatiin.

memangnya aku salah apa ? apa aku saja yang kurang pengertian ?



satu minggu perang dingin berlalu antara aku dengan kekasih hatiku yang masih merasa disamakan dengan PSK, ah, rindu juga tidak lihat senyum dia yang sering diobral. biasanya kemana pun aku berjalan selalu ada saja celotehnya tentang si ini dan si itu yang mulai begini sampai begitu. sesuatu yang menyebalkan ternyata bisa menimbulkan lebih banyak benih-benih rindu di hatiku.

"masih lo simpen bro itu rekamannya"

"masih lah. masih seminggu kok. kangen gue"

"cieh, dulu di buang-buang sekarang dikangenin"

"dulu enggak gue buang dia yang ngebuang gue"

"tapi kan dia udah memutuskan dan udah sadar seberapa berharganya elo, bro."

"lah dia kemaren bilang gue dateng kalo ada maunya doang"

"lo merasa begitu gak?"

"enggak, mana dia nyinggung-nyinggung urusan bawah perut lagi"

"bawah perut itu gak penting, bro. lo manual sendiri juga bisa"

"eh mulut lo, filter woy"

"kan kenyataan, i'm a man too. i know your secret"

"ya tapi kan gue gak gitu, gue kan sayang beneran"

"ya tunjukin dong. susah banget. cewek itu suka diperjuangkan, aseek. bagus ya omongan gue, jarang-jarang ini kerjanya begini"

"omongan joroknya abis kali" sahutku sambil beranjak pergi.

ya mungkin aku saja yang kurang memperjuangkannya. apa lagi yang harus aku perjuangkan,
sayang ?





"hish ! males aku sama kamu ! nyadarlah kamu itu, kamu pikir selama ini kamu pacaran sama cowok ?! aku juga cewek, By!"

samar-samar kudengar rekaman suaranya dari telfon pintarku, aku jarang merekam percakapan kami, kami jarang ngobrol di telfon, begitu pula di dunia nyata. kami lebih sering menghabiskan waktu untuk berkontak fisik dan.....ya itu tadi, urusan bawah perut.

eh, benar juga. mungkin hubungan kami hanya sebatas urusan bawah perut. 



"halo, say? kamu dimana?"

"baru nyampe rumah, kenapa?" terdengar ceria,sama sekali tidak ada dendam.

"maaf ya aku jarang ada buat kamu, aku sayang kamu bukan karena urusan bawah perut, urusan bawah perut itu gampang aku bisa manual, tapi hatiku gak bisa disuruh jatuh cinta secara manual, udah terlanjur di setting gak ada acara pindah giginya"

"hehe"

"lho kok ketawa?"

"baru pertama aku denger kamu ngomong sepanjang itu, hehe"
        aduh, ketawanya itu bikin kangen. lucuuu.

"maaf ya say"

"iya, kamu gak minta maaf juga udah aku maafin, sayang."

wow. aku tidak pernah tahu dia punya hati seperti ini. satu-satunya dia yang ku kenal hanya si ceria tukang gosip yang dibenci beberapa manusia dengan genre yang sama dengannya. 
ah, mungkin aku aja yang kurang mengenalnya.
hari itu kami berbicara lebih lama dari biasanya. berbicara tentang dirinya, diriku. semuanya. semua hal yang telah kami kesmapingkan untuk urusan bawah perut semata.

bagaimana aku bisa melewatkan hal-hal semenarik ini selama 1 tahun aku jadi kekasihnya ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...