Langsung ke konten utama

selamat 11 bulan, aa' !

hari ini tanggal 5 Oktober 2012.
mich disini melaporkan. keadaan aman terkendali.
muahahahahaha. hari bahagia, tapi kan juga mau gimana, bahagia dan kesedihan itu datangnya satu paket.

tadi pagi sudah diributkan oleh hermawan yang mau pinjem lks buat evaluasi fisika dari wali kelasnya.
sama sekali tidak ingat sesuatu.
like there's nothing wrong, santai gitu kan yak.
bahasa indonesia, bikin tabel, guyon, bobok di kelas.
trus bahasa jawa. nerusin bobok, ke kantin, bobok lagi.
trus pas tanya hermawan jadi pinjem lks atau enggak,
ternyata dianya sakit, di uks :(

kata deryan, hermawan pingsan.
aku merasa bersalah kemaren bikin hermawan hujan-hujan.
kemaren hermawan ke rumahku, main.
terus pas berangkat kehujanan dikit.
gak tau pulangnya kehujanan juga atau enggak.

aku sedih tau gak her liat kamu muka susah gitu.
liat kamu tersiksa gitu aku sedih.
maaf ya selama ini aku suka kurang pengertian.
makasih loh her udah ngertiin temen picirinmu ini meski dia suka gila, cerewet, nyebelin, sok imut, panikan, tulalit, lemot, kamu tetep flat aja nanggepinnya ._. 

makasih ya her. maaf aku nyusahin.
semoga kita lebih unyu lagi di bulan-bulan ke depan.
selamat 11 bulan, aa', sayang, bebeb, chuyunk, unyuuh, ganteng, mas, pak bos, om, masbroh (dan panggilan lain yang pernah aku buat dgn otak kiri ku) ! terima kasih ! 

*peyuk kecup jidat*
get well really soon, pak bos. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...