Langsung ke konten utama

tired. bored. but have to...

jadi semacem linglung gini.
kalo diumpamakan kayak waktu malem minggu udah janjian sama temen, udah otw dan jauh dari rumah, tiba-tiba temen sms katanya dia gabisa dateng. kita mau balik ke rumah nanggung, mau ke tempat tujuan ntar garing sendirian. linglung mau kemana.
kalo aku sih linglungnya karena galau.
tapi ini janji galaunya gak murahan. bitch, i'm fabulous.

galau, ternyata udah kelas 9. besok senin try out sekolah untuk menentukan masuk kelas low-medium-high.
gak pengen masuk low, gengsi, ntar dibilang bisanya gaul doang otak cetek.
tapi sadar banget kemampuan juga masih low.
mau masuk medium nanti malah keteteran, apalagi masuk high.

tapi untuk sekarang kayaknya ga mau mikir gengsi dulu.
mending belajar yang tekun, gak peduli apa kata orang, kayaknya lebih bijak untuk ngikutin kata hati kita sendiri. mulai lupa untuk bilang, "tapi kata orang-orang...."

emang harusnya dari dulu gitu sih.
iman mulai goyah, mulai mikir emang bener bisa kuat di smanti ?
mengingat kepribadian ku mulai aneh sejak kelas 8.
ternyata gak semua orang kan emang kayak kita.baru ngerasain kalo emang manusia itu berbeda-beda.
meski kita gampang adaptasi tapi mungkin ada kalanya kita susah untuk jadi diri sendiri waktu kita lagi proses adaptasi. kalo abis adaptasi trus kita jadi diri kita sendiri belum tentu semuanya bisa nerima.

udah hampir sebulan kayaknya jadi anak kelas 9.
tapi rasanya kayak udah 2 tahun aja.
mulai capek tiap senin-kamis pulang sekolah harus ke bimbel langsung naik angkot.
meski kadang seneng karena kapan lagi bisa ngumpul bareng mina,firyal,dora kalo ga pas itu.
mulai capek tapel dengan kelas yang panas.
mulai capek moving class.
tapi juga seneng karena sekelas sama 9.2 yang kurang terkoordinir tapi nancep jeleb di hati.
mulai setres dan takut. kalut. takut terlena.
takutnya nggampangin, ternyata not that simple.

dulu kelas 7 sama 8 terlalu nggampangin nemen.
udah sekolah di sekolah bagus tapi cuma main,main,main.
gak belajar sama sekali.

kadang suka nyalahin gurunya, padahal udah jelas kita yang kurang tau diri.
takut ga bisa nentuin jalan hidup setelah lepas dari keluarga besar SMP5.
takut gak bisa dapet apa yang selama ini kita pengenin banget.
takut kalo semuanya cuma sekedar sia-sia....
takut semuanya nganggep mich udah gak kayak dulu.

susah. tapi pasti bisa.
capek. tapi harus bisa.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...