Langsung ke konten utama

lebaran masih lama ya

ini mich disini, siap melaporkan keadaan dunia nyata pada teman-teman dunia maya yang senantiasa menanti kehadiran mich dengan sukarela. what is this shit actually -___-
udah puasa hari ke 18. hore. masih bisa puasa itu hore, alhamdulillah masih dikasih kesempatan.
oh iya. teruuuuuuuuuuus, hari ini mulai moving class ! :)
ternyata moving class asik juga,bisa lirik sana-sini, ealah opo iki. trus tadi kenalan sama adiknya abang :') kenapa dulu aku sama kakakmu ya................................
seharian cuapeeeeek.udah berat gitu ya tasku kena buku IPS dan koding yang sak gedabyoh itu, masih disuruh naik turun juga sama sekolah.tapi seru kok, nemen. apalagi tadi ketemu bu hanip yang udah dinantikan untuk gambar sinep nya. hahaha, aku kan anak malang, jadi aku otomatis sudah dididik dengan bahasa walikan sejak kecil :3
trus setelah cukup letih ya, aku dengan sangat terpaksa naik angkot ke GO sama firyal. karena yang lain lagi gak puasa dan mereka lapar. okeee.
sampe GO ketemu arby dan aryo, sumpah nggufwantheeeeng.unyuuuuuuuuuuuu.ternyata setelah diwawancara aku dan arby memiliki destinasi yang sama. juga garis tangan yang mirip. SMANTI YA BY ?
liat dan denger senyumnya arby itu suatu hiburan tersendiri buat aku yang udah kelaperan dan mata yang saklarnya gak dipencet pun langsung mati.
trus hermawan lagi baik, jadi abis GO aku di jemput hermawan. unyu yaaaa :3 dia abis dari neutron. SAMA HAYCKEL. hayckel yang siangnya duduk sama aku gara-gara aku gak bawa laptop dan gak ngerti harus nyari dimana tentang alat ekskresi nya bu hanip. hihihihihi. makasih hayckel :V
no wonder why people becomes wild beside him. ancen arek e wild nemen..............
pokoke lungguh mbek hayckel gak mengecewakan.
oh iya, sekarang lagi usum nya klinik tongfang ya, tetooooooooot. karepe ilo. sampe 9gag barang hare. indonesia.
lalu aku mau ngomong apalagi ya -___- lupa, yaudah deh. aku mau bobok. sini her sini, katanya mau ikutan :3 #becanda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...