Langsung ke konten utama

idol fever

bangsat. udah. satu kata doang. bangsat. percaya.
demam nabilah jkt48 sedang melanda kaum adam di sekolah, termasuk.... her.
kalo kata raditya dika 'kamu gak pernah ngertiin aku'
her, sebenernya gak terlalu bisa disalahkan. toh dia suka nabilah ini dari someone-i-can't-mention.
kesalahannya cuma satu, dia punya pacar yang lawan nya dari nabilah ini.
nabilah kurus cantik langsing menawan TERKENAL. padahal dia baru kelas 7.
sedangkan mich ini dari kelas 1 sd sampe kelas 9 smp ngejogrok aja disini. tetep kelebihan berat badan, makin item, makin cerewet. gak ada alesan aku gak jeles her.....
puasa-puasa pake dp orang cantik kayak gitu emang menggoda iman banget ya, yang satu mau mancing yang satu mau ngasah golok. mancing, mainan alat kencing.
one is does not simply understanding woman logic.
ya emang bener.
cewek itu susah dingertiin, dikasih tau apalagi. cewek, makin dibilangin orang perfect, malah makin minder bukannya makin pengen ningkatin kualitas diri.apalagi secara mental, ada cewek yang tegar ada yang ringkih, don't judge a book by its cover, banyak kok cewek yang hatkor tapi hatinya ringkih kayak porselen. ini yang gak dingertiin cowok. udah. cuma satu. cowok itu gak semuanya bajingan. cuma mereka masih gak ngerti cara men treat cewek yang bener aja.
udah, mich cuma bisa curhat di skype, ya karena gak ada siapa-siapa -___-
kamu itu perfect her, cuma kadang kamu suka nya ikut-ikutan kayak gitu aku jadi gak suka, kamu beneran idola apa buat jadi bahan ngocok beda dikit her.
aku sayang kamu kalo kamu gak sama temen-yang-gak-bisa-kusebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...