Langsung ke konten utama

bahagia dari hati nurani

ngaku. siapa yang mau masuk surga ? 
pasti semua angkat tangan, pilihan di akhirat cuma dua sob. surga atau neraka.
"kalo kamu milih mana mich" milih atau dong.
kalo di tumblr, pasti di bilang YOLO.you only live once.
dalam hukum islam, banyak larangan yang mengatur umatnya untuk tidak melakukan ini dan itu.
malah, untuk islam fanatik, ada yang malah puasa senin-kamis for the rest of their live.
katanya, larangan yang ada di hukum-hukum yang akan diajarkan oleh guru agama kalian tercinta itu semuanya untuk kebaikan kita sendiri.atau, lebih spesifiknya, untuk kesehatan kita sendiri.
apakah semua orang yang melakukan ini terbukti bahagia ? 
guru agama di SD, namanya Pak Fatah. sangat ingat. bentar. cerita dulu. dari SD emang mich gak pernah punya guru agama yang gak unforgettable, dari Bu Titik, Bu Umi, Pak Fatah, Bu Ermi hingga Pak Ali. semuanya bermakna, selalu ada momen yang bisa diingat hingga dewasa. sayang sekali, ilmu yang mereka berikan jarang dilaksanakan sebaik-baiknya.
Pak Fatah sering bilang, orang yang menuruti perintah-perintah Al Quran meski hidupnya sederhana, pasti mereka bahagia. bukan sederhana lagi, bahkan kekurangan. kenapa ? karena hati mereka terbiasa ikhlas, dan oleh ridho Allah mereka pun bahagia.
dari puasa senin-kamis, zakat, menghindari minuman yang anda pasti tahu minuman haram yang saya maksud, juga berbagai larangan lain.di tambah dengan sholat wajib 5 waktu, beserta sunnah dan zikir beserta tahajud. orang islam, harusnya sehat.
lho trus kalo kayak gitu, kapan dong kita menjalani hidup?
kapan guru terbaik di kehidupan ini mengajarkan kita? apakah hidup kita nggak habis untuk sholat zikir puasa dan kewajiban lainnya ? apa mereka sudah merasa bebas dengan aturan-aturan itu ya ?
mereka yang orangtua ataupun saudara-saudaranya fanatik, mungkin, akan terpengaruh dan jadi fanatik juga. padahal punya potensi untuk berkarya lebih dari itu. kalo mereka bisa nyanyi, mungkin aja karir mereka akan tersendat hanya karena 'suara adalaha aurat',atau karena mereka tidak bisa menyesuaikan pakaian yang keren namun tetap sopan dengan jilbab tetap merekat, atau.... keluarga mereka tidak mau memfasilitasi.who knows.gimana dengan mereka yang berniat jadi model atau pramugari ? sulit kan ?
how about their first kiss ? tunggu sampe nikah ? iya kalo nikah, kalo enggak ?
mau virgin sampe mati ? you only live once bro.
nanti kalau mereka mati, adakah penyesalan buat mimpi-mimpi mereka yang gak bisa terwujud karena gak make sense dengan aturan-aturan tadi?
apa mereka benar-benar mati bahagia dari hati nurani ?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...