semua orang hidup dalam penantian.begitu juga dengan aku.semua anggota keluargaku.semua teman-teman yang kusayangi meski mereka tidak menyayangiku.semua orang yang hidup di bumi.mereka menanti.meski mereka mungkin belum menyadari sesuatu yang tak kunjung datang itu.
lari-lari kecil mereka menunggu untuk menjadi sedang dan diijinkan keluar hingga malam.mereka yang pulang hingga malam, menunggu untuk bisa menghasilkan uang sendiri, mengepakkan sayap-sayap yang seraya dipupuk sedari langkahnya hanya sebesar kepalan tangan.mereka yang bisa menghasilkan uang sendiri, entah, mungkin menunggu janur kuning melengkung, atau menunggu pekik riang anak-anaknya yang sibuk berlarian di taman, atau yah... menunggu mati.
aku, menunggu lembar-lembar jerih payahku habis seiring makin lamanya penantianku.bersama dengan daun yang mulai kecoklatan dan mengambang di rengkuh udara.bulir darahku yang mulai bosan turut serta menanti perlahan juga meracau, menuntutnya untuk segera kembali.cangkir-cangkir teh yang mendingin diserbu angin juga tak peduli lagi, mulai meninggalkanku sendiri.duduk di antara kecap suram yang menggulana dirantai rindu.jemariku yang lama tak tersentuh genggam mu juga mulai gemetar, langkahku tak selincah waktu masih bisa memelukmu dari belakang juga membantumu menanam kembang-kembang mawar merah di halaman belakang rumah kita.ketika yang kita dapat hanya tawa bukan cangkir-cangkir air mata.
sudah,sayang.sudah ku hidupkan cinta kita untuk semua orang.habis penantianku untukmu,kini tutup mataku telah menanti, tak sepanjang penantianku untukmu, karena aku akan kembali padanya secepat mungkin.
lari-lari kecil mereka menunggu untuk menjadi sedang dan diijinkan keluar hingga malam.mereka yang pulang hingga malam, menunggu untuk bisa menghasilkan uang sendiri, mengepakkan sayap-sayap yang seraya dipupuk sedari langkahnya hanya sebesar kepalan tangan.mereka yang bisa menghasilkan uang sendiri, entah, mungkin menunggu janur kuning melengkung, atau menunggu pekik riang anak-anaknya yang sibuk berlarian di taman, atau yah... menunggu mati.
aku, menunggu lembar-lembar jerih payahku habis seiring makin lamanya penantianku.bersama dengan daun yang mulai kecoklatan dan mengambang di rengkuh udara.bulir darahku yang mulai bosan turut serta menanti perlahan juga meracau, menuntutnya untuk segera kembali.cangkir-cangkir teh yang mendingin diserbu angin juga tak peduli lagi, mulai meninggalkanku sendiri.duduk di antara kecap suram yang menggulana dirantai rindu.jemariku yang lama tak tersentuh genggam mu juga mulai gemetar, langkahku tak selincah waktu masih bisa memelukmu dari belakang juga membantumu menanam kembang-kembang mawar merah di halaman belakang rumah kita.ketika yang kita dapat hanya tawa bukan cangkir-cangkir air mata.
sudah,sayang.sudah ku hidupkan cinta kita untuk semua orang.habis penantianku untukmu,kini tutup mataku telah menanti, tak sepanjang penantianku untukmu, karena aku akan kembali padanya secepat mungkin.
Komentar
Posting Komentar