Langsung ke konten utama

saya ingat pak,ingat betul.

bapak, apa kabar? apa sudah mendingan pak?
maaf ya pak.. saya tidak bisa jenguk bapak, saya juga tidak menulis ucapan prihatin di grup sekolah kita.
saya tidak perlu prihatin kan pak? saya yakin kok pak sunar pasti lebih kuat dari yang orang lain pikir ;)
pak, tanggal 12 dini hari saya berangkat pak. ke filipina. persis seperti yang selama ini saya ngeyel-ngeyelkan. ke singapura juga. jujur, sampai sekarang saya masih bingung cara menulis singapore dalam bahasa indonesia.
sampai sekarang juga pak, kabar yang saya dengar hanya kabar burung yang simpang siur di adek-adek kelas saya yang juga anak didik bapak.
mereka sungguh sangat merindukan bapak, ternyata sifat keras bapak bisa dirindukan juga ya ;)
saya juga rindu pak, rindu untuk entah kesekian kalinya disuruh memasukkan baju dengan dalil anak rsbi.juga disuruh membuka kamus untuk dalil agar terlatih. bu susi juga suka menyuruh saya begitu pak. buka kamus, biar terbiasa dan tahu perjuangan. tapi pak, saya tidak punya kamus. apa saya harus bawa kamus sebesar itu ke filipina.
pak, saya tahu saya memang bukan salah satu murid yang patut dibanggakan kok pak. apa yang bisa dibanggakan dari mbolos olim pak? ;)
hari itu saya bertugas jadi guide pak, saya lupa untuk tamu darimana, tapi yang saya ingat betul adalah muka polos monika sembari bertanya, "lho mich kon kok gak tau melok olim?" saya speechless pak, viola yang rupanya sudah tau alur dari cerita ini juga ikut menganga.
pak, saya ingat betul, hari itu hari terakhir saya ketemu bapak sebelum kejadian ini.hari itu lo pak, yang saya beli kaos kaki baru ;) terima kasih ya pak, andai tidak disuruh mungkin sampai sekarang pun saya tidak mungkin move on dari kaos kaki bolong itu pak hehehehe.
pak, sebenarnya bapak kenapa? kenapa tidak ada kabar yang pasti? operasi 70 juta itu benar pak?
dimanapun pak, dimanapun saya berada doa saya tetap untuk bapak untuk saat ini.
doakan saya berhasil juga ya pak, semoga indonesia terlihat indah di tangan saya :)
cepat sembuh pak, kalau ada waktu pasti saya jenguk.

sincerely yours,
Amiera C. Ghamry

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...