Langsung ke konten utama

you did it so well mich.

bukan gitu kali ih, mikir jorok yaaaa hayoooo.
hari ini drama, ya meski agak berantakan tapi itu tadi cukup meriah dibanding yang lain.
tadi ada alumni looo. ada abang-abang TN. abang yang itu juga tuh. tapi ya biasa aja sih, aku ini kalo gak ketemu kangen kalo ketemu 'ya udah'.
tadi njing juga dateng, njing aku kangen, tau gak sih. kangen abang yaudah kangen biasa, kangen njing itu kangen banget sampe mau nanges. <--- ih
aku nanges. bukan karena njing. tapi karena namaku dicoret dari daftar nama peserta olim bahasa inggris, ih unyu abis :3
gara-gara bolos dua hari ngurus anak drama jadi gini. ya. gak papa. aku gak trima. aku nanges. aku sebel. tapi seenggaknya aku udah coba jadi ketua kelas yang baik meski gak bisa jadi anak olim yang baik.
tapi ngerti gak sih bu, pak, bu lagi. sebenernyaa, mich ini pengen masuk olim. tapiiii, mich gak tega sama anak roet, yang fina tiap malem sms isi meso-meso, otomatis langsung campur tangan lah. mau jadi apa gini ini.
sebenernya bisa sih masrahin ke dora, fina, atau siapa gitu yang aktif. tapi ya tetep aja...
i miss the old me for the random number. ini sapa yang ngarang quote gini ini. maksudnya mungkin 'aku kangen aku yang dulu untuk kesekian kalinya gitu ya, iya gak sih, ya urusan dia lah yaw. intinya gitu deh, aku tetep kangen mich yang dulu, mich yang haha hihi gituuuu.
oh iya ngmg-ngmg aku punya flashdisk lagi looo, 4 gb philips warnanya unguuu. akhirnya setelah beberapa bulan. hihi. yaudah sih -_-
ih hujaaaaan hujaaaaaaan, yes! selamat datang galau (з˘⌣˘(˘⌣˘ε)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...