Langsung ke konten utama

last day of 2011

gila ya. kayaknya baru kemaren cerita soal malem tahun baruan di rumahnya pia. sekarang udah mau tahun baruan disana lagi. yes. malam ini setelah isya mau ke rumah pia, party hard !
sebenernya gak ngerti sapa aja yang dateng tapi yaweslah yaa, cari temen baru gak ada salahnya.
mau posting blog sih udah lama, beberapa hari yang lalu atau seminggu ini emang udah kangen blog. tapi modem belum dibayar. dan lagi baru pulang dari bromo sama revy.
jadi ceritanya kita sekeluarga mau ke bromo tapi bigbro gak ikut, jadilah aku ngajak revy yang kemarennya baru putus #eh. malem sebelum ke bromo itu padahal aku baru ke rumahnya bawa larutan penyegar rasa leci untuk mendinginkan hati hahaha. what the friends are for kata tante. untung ada her yang hidupnya dikacau edo untuk dimintain tumpangan. akhirnya kami bertiga lanjut lah ke rumah revy. semoga terhibur ya.
pulang dari bromo langsung disamperin her edo dede. trus beli es grem soklat hahaha. beli double dutch. makan bareng-bareng. sebegitu banyak aku cuma dapet 5 sendok, kurang ajar apaa -_-
trus kita akhirnya nganterin epong pulang hujan-hujan. sebelum pulang ke kfc dulu, makan soup sama minum hazelnut coffee :9 makasih ya epong boleh ngutang lagi.
udah cerita belum sih? edo ke rumah setelah kita pulang itu karena dia mau balikan sama epong hihihihi. itu udah kembali hangat.
di 2011 ini alhamdulillah diberi kesadaran penuh bahwa berharap itu sakit jadi mending gausah berharap sekalian.tapi gak mau munafik lah ya.sebenernya harapan itu masih ada di relung hati terdalam. alah ini apa sih, niat curhat jadi niat beginian. serius. lama gak ngetik jadi agak sedikit kagok gitu. karena laptop ini digunakan hanya untuk ngenet jadilah kalau modem tidak dibayar, maka aku juga tidak mencoba membukanya. toh gak bisa diapa-apain juga.
lalu apa ya? ya gitu aja lah. besok cerita deh Insya Allah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...