Langsung ke konten utama

yudonkenow

maksudku bikin posting gini sih sama kayak posting biasa nya yang dibuat untuk menggunjing orang lain yang suka menggunjing diriku. loh eh kok geer abis kamu.
ihihiw. besok ujian direktorat, matematika. bodoh ya? kenapa yang pertama harus matematika? maksudnya berakit-rakit ke hulu berenang-renang kemudian gitu a? KALO INI BERAKIT-RAKIT TERUS.
menurutku segala event di tahun ajaran ini kurang terkoordinir deh. dari MOS dulu, persami yang diundur entah berapa minggu itu sampe pelaksanaan ujian-ujian yang untuk kelas 7 8 itu rasanya kurang deh persiapannya.
kayak ini, kita bisa pake media hard copy kan? kertas difotokopi di bagi diisi dibahas, udah kan? tapi ya gak tau lagi kalo gak ada yang mau mbahas.
pipeldonkenow what's going on with my laptop. kenapa laptopnya mich gak pernah dibawa ke sekolah? pertama berat kedua aku harus mengenakan cover pink yang duh membangkitkan kenangan sekali. wadah pink itu sebenernya buat nutupin itu lo stiker yang buat ngelindungin laptop. itu tuuuuh,ini kan laptop nya dari ayahku jadi ya masih gitu lah, gak cewek banget. pada dasarnya aku gak seneng nempel-nempel gitu, toh juga gak guna-guna banget.
kedua pipeldonkenow what's going on with aku dan doya sampe bisa sedeket ini. dari atas bawah naik turun kami celalu bercamaaa :3 enggak sih. pertengkaran itu justru gak bikin persahabatan itu makin renggang, justru pertengkaran itu adalah pelajaran biar kita bisa introspeksi diri dan mikir "bego bener ya kita berantem cuma gara-gara itu".
pipeldonkenow kenapa mich banyak tingkah banyak omong padahal ngerti kalo itu gak baik dan bisa menimbulkan kesan, "duh ini anak pecicilan banget" karena mich emang sebenernya pecicilan. kalo suka ya udah kalo enggak, yo mosok aku ngurus. asal gak ngisruh ae aku gak masalah se. sek, aku tak masang plester.
pipeldonkenow how difficult to belajar sepeda motor again after that incident yang bikin tulang kering ku cidera ini. gak sampe patah sih. tapi ya cukup bikin trauma aja lah intinya. tapi gak ngerti kenapa meski trauma tapi tetep pengen bisa. repot yaaa, iyaaa.
pipeldonkenow her kenapa tapi mich ngerti her kenapa jadi mich gak mau ngasih tahu her kenapa biar seru. ini her apa mich yang kenapa-napa. mich kayaknya.
soooo pipeeeeel if yudonkenow much gausah mecungul komen yang enggak-enggak nyindir dan sebagainya. bayangin kalo kamu jadi orang yang disindir itu? di depan bisa aja dia gak peduli, kalo ternyata di belakang dia malah gelisah--bukan geligelibasah--karena mikirin itu gimana?
sebenernya banyak sih yang mau tak omongin hari ini--dan di posting ini--tapi apa daya udah malem juga, meski besok masuk siang ya. tapi tetep aja aku males ngetik banyak soalnya untuk mata yang tinggal empat setengah watt ini posting ini termasuk sudah panjang. oke. nilai kerajinan menurun ya? banget.
meski satu posting ini sebenernya cuma berisi dumelan gak jelas dari anak salah gaul tapi yang jelas ada lah yaw pelajaran tentang hidup dari sini? curcol sih ini sebenernya. pipel, yumaskenow much before insult each other ya. mungkin cuma salah faham aja. ini gak cuma buat mich aja ya cemanceman, semua orang juga gak mau kalo disindir-sindir gitu. kebaaai, aku ingin bergalau duluuuuu~

-malam galau, malam sebelum test direktorat dilangsungkan-

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...