Langsung ke konten utama

nitro pdf

aku lagi donlod itu loh, biar bisa baca tugasnya pak bekti, modulnya pak ali, sama baca autumn in paris dari japil hihi.
tadi upacara hari pahlawan, isin pol. buat anak kelas 7 ini pertama tampil di paduan suara kan, eh katanya ada yang fals pas di depannya mic -_- gak papa lah dek ya, pengalaman, besok-besok jangan gitu ya. <--- sok wibawa. PADAHAL KUDU NGAPLOK AE.
eh sek, ini udah donlod kok gak bisa di install sih ah.
hari sabtu besok aku mau nemenin anak-anak futsal lagi, minggunya mau berenang.
gak berenang beneran kali ya orang aku gak bisa. aku mau diajarin hermawan tapi nanti aku ngerepotin lagi.
tadi aku dikasih coklat dua loh, dua-duanya silverqueen yang satu coklat biasa yang satu semacem permen karamel. aku cuma makan masing-masing satu. sayang ilakes.
duh iki yaopo seh kok rewel ngene file e.
aku tadi baru on jam 8an soalnya lagi gak ngerti kenapa males buka laptop dan asik sama thirteen reasons why. asik itu kayaknya. dan gak sabar juga buat buka segelnya life traveler, itu aku banget. kayak gak punya jalan hidup gitu, gak ngerti apa punya rumah. rumah yang sebenernya itu rumah yang disana kita bisa nemuin semuanya, keluarga, sahabat, cinta, bahagia. semuanya.
aku tadi mau nangis loh. tapi gak jadi. soalnyaaa tadi kan ada coklat yang karamel itu. sachet an kecil. tak sisain satu buat her, sama her dikasihin dede. trus aku bilang hermawan gak sayang akuuuu D'x tapi aku ketawa lagi abis itu. kok aku bego banget bilang gitu gara-gara coklat thok
her itu hero ku. hari ini kan heroes day. dia salah satu hero di hidupku soalnya her bikin aku mooooooove moooove mooooove :)
DUH MBOH. NJALUK DORA AE KAH. ANGEL TEMEN.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...