Langsung ke konten utama

suakiiiiiiiit.

ini suakit paling suakit yang pernah aku rasain suakit nya selama aku huidup. eh kok keterusan.
pengen bakso pahlawan trip yang dibakar ituuuu, kalo enggak ya yang biasa juga gak papa, pengen siomay nya yang itu. kalo enggak bakso pahlawan trip ya bakso eky deeeeh.
sek tah, ini mau cerita jadi lupa.
suakit paling suakit itu.... kena sepatunya bagas tepat di atas bibir.
bayangno wes mboh, sepatunya bagas yang dengan jumawa melanglang buana di pekarangan halokes ku. rrrraawwwrrr, sepatu apa sih itu namanya yang lagi in di kalangan anak muda yang biasanya buat shuffling itu lo he, yang gede teros tali sepatunya di uthek. itu sepatunya bagas modelnya gitu, tali sepatunya bentuk bintang. mboh, porek mbek sepatune.
suakit he. aku nanges luama, bahkan sampe pulang aku sek belom berhenti nanges. ihik ihik ihik ihik. SUAKIT GAAAAAS SAKIIIIT, MICH INI SALAH APAAA HATI EH SALAH BIBIR EMICH SAKIIIIIT
tau iMac gugh? tau iPod gugh? tau iPhone gugh? tau iPad gugh? ituuu tuuuuh, bapaknya mereka cemua ituuu, passed away huhuhuhuhu, :berduka. tak kirain hoax, ternyata beneran. dunia kehilangan satu anak tergenius nya. tapi gak papa hehe, dunia masih punya banyak anak yang memiliki kegeniusan lebih dari itu kan? hahahaha, dungaren omonganmu genah mich.
sedinoan pegel, mboh, kon ngerti obat nyamuk a? mbok sumet ae ora. diceramahi pak prapto sing iyo. duh kah. jeles, pegel, ngejeeeeeeeeeeeel.
lapo kok moro aku ngene? wong aku direken ae ora kok. goblok kok kenemenen mich.
hari ini belajar mat bersama ibuk yanti. gradien. entah mengapa gradien ini masih lebih 'normal' dibandingkan aljabar yang ... surem. itu. sampe sekarang masih gak bisa dan ulanganku yang dapet 33 dan 60 ituh HARUS DITANDATANGANI ORANGTUA holicit. ngimpi appah.
pokoknya harus belajar gradieeeeeen, harus bisa miiich, tadi bisa besok-besok harus lebih bisa lagih. aljabar juga dipelajari lagi sampe bukumu dedeeeees. kudu iso mich jok nyontoan ae goblok arep dadi opo kon nyonto kancamu terooooos.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...