Langsung ke konten utama

janji.

ini janji dari posting sebelumnya sih. gak ngerti kenapa sekarang jadi sering bikin posting yang bukan soal curhat padahal banyak yang mau diceritain, tapi gak enak aja ngomongnya. harusnya kan aku bahagia ya, orang bagas itu sahabatku sendiri harusnya aku terima aja, eh kok jadi nyambung ke bagas-_-
sebenernya dalam hati udah bikin statement gak bakal bahas soal itu lagi di blog tapi sampe sekarang belum pergi deh yang namanya mas emosi itu dari hatiku.
ini buat dede sama yang udah tak ceritain pasti udah bosen abis denger ini. 'kalo kehidupanku itu roda, aku masih hanya berada di titik terbawah dan aku pun tidak tahu kapan bisa berangsur kembali ke titik atas'
aku kehilangan semuanya karena satu kata atau satu zat yang namanya cinta. kehilangan sahabat, orang yang aku sayangi, orang yang sayang sama aku, dan mungkin juga pembaca setia blogku yang misterius. aku juga kehilangan semua simpati orang-orang ke aku, kehilangan decak kagum orang-orang yang dulunya pernah bilang 'mich itu incredible' sekarang mich itu bitch. oke ini kasar banget tapi emang mungkin ada juga yang nganggep gitu. betapa aku gak punya hati ya.
sekarang yang ada cuma gimana orang ngacangin aku, ngelirik aku dengan pandangan sinis yang gak ngenakin dan sindiran-sindiran yang mereka kira aku gak sadar padahal aku sadar maksimal.
ini sakit hati paling sakit tapi aku percaya Tuhan punya rencana lain kok dengan ngasih aku yang macem begini ini. mungkin besok-besok aku udah gak galauan lagi, mungkin besok aku jadi lebih kuat sabar tawaqal tabah dan apapun itu yang biasanya dijelasin pak ali.
mungkin Tuhan pengen besok-besok aku bisa ketawa lebih lepas dari biasanya, mungkin Tuhan pengen mich bisa bahagiain temen emich yang galau hihihi *bacanya pake nada chilla*
Tuhan pengen kok liat ciptaannya bahagia, Tuhan pasti gak pengen mich galau terus. Tuhan pengen mich gak cuma jadi obat nyamuk yang jangankan dibakar, dilirik aja kagak. Tuhan pengen mich berjuang lebih keras bukan cuma terima jadi.
alah mich. ngerti apa kamu berani sebut nama Tuhan, inget aja paling kalo pas perlu thok.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...