Langsung ke konten utama

huwaaaa aku cenang cekayiii

jadi begini low, kemaren itu aku bener-bener gak sempet buat ngetuit atau bahkan buka fb, fb ku udah tak nonaktifkan. kenapa? karena terlalu banyak kebodohan disana. ya enggak seh, lagi pengen aja pokoknya gak fban. tapi itu malah menghambat ngertia, makin gak isa ngomong sama bagas, bisa sih lewat sms, dia baru ganti nomer tuh.
sek, kok maleh ngelantur? aku cenang cekayi karena AKU IKUT PERSAMI. gendeng ya aku? nemen. hihihi. aku boleh ikut nginep lo sama kak yani hahahaha. kak rek, gurumu tercinta itu diceluk kak.
baru tadi pagi bisa buka tuiter dari bb nya cici, acakadut banyak mencen. tapi dikangenin itu asik ya haha.
cuapek sih, tapi puaaaaas daripada njamur di rumah, seruuuuuu pol, meski kena marah macan waktu guyon sama adek cowok 71. mek ngono ae lo, iku jenenge sosialisasi mas eeeee. medit eraaaam.
ngomong-ngomong soal mediiiiiit, makasih lowch buat mas adit dan mas kresna yang paling buaik uapikan dan sengaja membuatku pulang bersama gaby naik angkot.
jadi gini lo, hari sabtu aku abis ke matos sama cemanceman tercinta, trus tadinya mau minta dianterin hermanto, gak jadi soalnya aku males pulang. trus aku diajak gaby nginep di sekolah, mau dumz, minta izin kak yani, dikasih, horeeee. mau pulang ambil perlengkapan, gak dikasih pinjem motor sama dua orang ganteng itu, jadilah kita naik ckl berduyun-duyun menuju rumah tercintah. padahal sebelum ke matos itu baju pramuka ku wes basah soale kena gebyor arek-arek, wes mboh, athek jaket juthig ku digawe revy pehliiiiis. alhamdulillah bisa balik ke sekolah dengan selamat.
deket sama anak 72 namanya rhama. alay ya. rama aja jadi rhama. anaknya semacem.. sapa ya.. japil yang berpostur seperti.. duh emboh bingung. tapi unyu kok sing jelas. seru anake. gak sok manis.
waktu lainnya persiapan baris mau api unggun, aku sama gaby duduk berdua bergalau ria di depan pasden abis maem di cbezt. ketemu pak ones. maunya sih onlen di pasden tapi penuh, akhirnya kita balik ke sekolah dengan pokerface. eh iya si pokerface, adek hani yang diarani endang jomawo hahahahaha. gendeng kancamu iku dek. eh sorry gas, gak maksud nyandak.
tadi pagi di sms bagas. nomernya baru. trus opo o?
aku jepret ini itu pake kameranya lepek. lumayan yo wesan timbang mbien aku nggawe kamerane virza sek gaiso focus masio kamera ne diputer-puter.
kegiatan persami ditutup dengan bobok di TU dan gak dibangunin sampe terjebak di rapat DG dengan muka bangun tidur, duh isin. yek.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...