Langsung ke konten utama

duniaku sendiri

ini sedang berkutat lagi di depan antologi rasa. untuk entah keberapa kalinya, tapi membaca tiap susunan katanya itu bener-bener gak bikin bosen dua minggu kemaren udah baca sampe abis. emang apa sih yang spesial? entah. tapi kalo udah baca antologi rasa itu rasanya kayak punya dunia sendiri, meski yang lain ketawa atau nggosipin hal seru tapi kita kayak sama sekali gak denger. keren ya? banget.
tadi mau bilang apa sih? oh iya. buka kotak saran buat background blog. kalo ada gambar yang unyu-unyu kayak aku tolong di wall ke fb atau di share di twitter trus mention ke aku.
facebook : http://www.facebook.com/michiko.miera
twitter      : http://twitter.com/#!/michikomiera
kenapa aku buka begini? karena banyak gambar yang menurutku unyu tapi menurut orang lain bahkan serem dan tidak menyenangkan. kayak yang origami kemaren, kata aura unyu, tapi kata kak yashinta keramean. ini kembali ke background pertama karenaaaa aku tidak tahu harus memakai background yang mana lagi. ini paling unyu. serasa kembali ke masa lalu pas masih.. eaaaa. masih kelas 7 lah. masih lugu hihiw.
kata revy gini, 'kon iku yaopo se, jare asik ndek dunia nyata, moro posting marine iku asik ndek dunia maya, gelem mu opo' kayak gak pernah kenal mich aja.
aku pengen nyoba orzo pasta yang ayam panggang itu. uangnyaaaa uangnyaaaa.
nanti jemput dua big boss di bandara lalu meluncur ke nguling. rawon nguling itu lowch :3
aku anu dulu deh, mandi, malang sumuuuk.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...