Langsung ke konten utama

bantal dan fruit tea

pada dasarnya aku bukan orang yang suka meluk-meluk bantal apalagi meluk orang. digandeng aja risih, apalagi sama cewek. kalo tidur aku suka meluk, meluk guling, itu pun akhirnya pagi-pagi dia udah dibawah kasur. lucu deh, abis aku liat dia dibawah kasur karena dia udah kempes jadi aku ambil pake kaki saking malesnya aku bangun, trus tak peluk lagi, jatuh lagi, tak ambil pake kaki lagi, aku peluk lagi, begitu seterusnya, kalo diterusin nulis gini capek pastinya.
trus beberapa hari ini dapet hujan bantal yah, dikasih tante Feb bantal bentuk ceplok, warnanya ya gitu putih sama kuning, unyu deh, trus kemaren dikasih dery bantal engibed warna item, yah itu kita belinya bareng sih abis nonton, warnanya item. jadi ini posting sambil remet-remet boneka engibed tadi.
aku sayang sama bantal ceplok itu tapi aku lebih sayang dery.. eh, salah ya. maksudku bantalnya dery yang engibed itu. besok tak suruh bawa pulang.
aku tadi mau bilang apa sih.. oh iya, soal fruit tea. aku dari kecil sih suka fruit tea trus dery itu kalo ke matos juga sukanya beli fruit tea, kemaren dery beli satu fruit tea buat aku, rasa hot, pertamanya sih tak kira biasa aja, aku pengen nyoba dari dulu, kebeneran sama dery dibeliin yang itu, tak coba pas di bioskop.. ini apaa, katakan padaku, aku tidak bisa merasakan hidungku tigaa, tolooong, enggak sih-_- itu rasanya kayak rujak dijadiin minuman, yah aku gak suka rujak, rasanya aneh, trus aku tuker sama fruit tea nya dery.. yah lumayan lah, trus nadhif minta fruit tea hot tadi, dia minum buanyak.. ya aku sempet ada perasaan gak enak ya, apa yang terjadi setelah itu.. dia bingung saudara-saudara.. ini mau dibuang dimanaaaaa.. tolong.. ini nggak etis kalo diceritain ya gimana cara dia buangnya, jadi mending gausah daripada kalian gak makan 3 hari 3 malem.
oh iya husni ke madura he, mudik lagiiii, dada husniiiiiii, di madura itu khas nya apaa? kon kok enak mudik ping pindo -..- kangen sekolah ya ciyeeee, aku ojok dioleh-olehi gareeeeeem.
udah ya? aku tak tidur lagi #eh

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...