Langsung ke konten utama

would you stop that?

aku bingung ya mau gimana ngingetin 'mereka-mereka', sama bingungnya ngasih judul postingku selama ini, entah, biar nyeleneh yang penting aku lega. egois banget aku.
jadi gini ya, ini postingku khusus untuk mereka-mereka yang dulu nggak kayak sekarang, aku emang gak terlalu deket sama kalian tapi aku kehilangan sekali kalian yang dahulu. maksudku kalian adalah pribadi terhebat yang aku temui, sebagai temen yang enak digojloki dan enak diajak ngakak, tapi semenjak kelas 8 aku kok jadi agak gimanaaaaaa gitu ya, kalian kayak gak punya kehidupan lain ngerti gak? so what kalo misalnya kalian galau atau gimana? aku kangen bercanda sama kalian! semenjak kalian punya pacar sendiri aku sama sekali enggak pernah denger kalian ceria, aku bukannya ngelarang, itu hak kalian buat pacaran sama 10 orang sekaligus mungkin, tapi aku benci kalo kalian mulai ngomongin dia dengan nada sendu yang gak jelas karena apa tapi kalian cuma marah-marah ato tiba-tiba nangis. air matamu lebih berharga buat hal lain, contoh : ketika kalian menangis terharu karena bisa membanggakan orangtua, ketika menangis terharu atas keberhasilan teman terdekat kita. hidupmu nggak tergantung sama abang-abang kalian, DAN SAYA SUDAH MEMBUKTIKAN. iya. aku jahat. aku gak punya hati selembut kalian, life must go on. status semua diborong buat ngomongin si abang blablabla, sungguh ini tidak terlalu unyu pada akhirnya. bosen ngebilangin kalian ini, sampe ngiler sebanyak samudra gak ada yang didengerin, lah toh maunya ini gimana orang curhat dikasih saran malah gak direwes, oh pliiiiiiis .. gak sabar lagi ya aku, urusan gitu itu juga nggak menjamin hidup kalian bakal bahagia selamanya, saya jomblo dan bahagia, deryan jomblo dan bahagia, virza jomblo dan bahagia, kunthi jomblo dan bahagia, dora jomblo dan bahagia, edo jomblo dan bahagia, kak mal jomblo dan bahagia. oh iya maaf, mohon semua kata jomblo ini anda baca single. alah mboh wes, sakarepmu. arep mati? sakarep. dadi konco lek pas galau thok. wes ah, lagian belum tentu kalian baca, iya kan?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...