Langsung ke konten utama

selamat berjuang \m/

ini sebenernya gak nyambung banget mengingat hari ini lebaran yaaa.
aku tadi udah kepikiran, 'waduh, gak entuk iki gak entuk'
eh tibake masih, masku aja yang udah kuliah masih dapet, enak ya? nemen.
trus juga tadi ada nastar, pengen tak bawak pulang satu topleeeeees. ternyata gak bisa. perlu tau ya aku paling suka nastar daripada kue-kue lainnya, tadi kerasaku itu masih puasa jadi aku gak banyak makan. eman padahal tadi enak-enak.
kegiatan favorit pas lebaran, tetep, habis sholat ied ke pangsud. panglima sudirman. ngapain? sarapan dumz. nenekku itu ngerti banget aku suka apa, jadi aku mesti dimasakin makanan kesukaanku, penasaran? oh enggak ya, yaudah-_- ini biar tau aja, aku suka bistik yang sama kentang sama wortel buncis tapi aku suka makan bistik nya sama nasi. bukan beef steak. ya itu juga aku suka. tapi ini beda, jadi kayak semur gitu bentuknya, cuma kalo semur kan kuahnya encer, kalo ini kuahnya kental kayak kecap gitu, eh enggak ding, kayak saos tiram tapi lebih coklat dan nggak asin.
trus apalagi ya.. oh iya tadi liat fixie nya sarah :O jadi inget dimmie, aku pengen fixie tapi buat apa, salah-salah kejengkang aku ._.
biasanya di gondanglegi buanyak makanan, tapi karena semuanya udah ikut kemaren, yasudah lah, aku rela hanya makan mie instan. ngenes nemen pas lebaran makan mie instan, tapi ya gak papalah, diluar sana malah banyak orang lebaran masih krucuk-krucuk pelutnyaaa :3
aku gak rela pol ya sama teorinya bu yanti soal uang lebaran, jadi kata bu yanti pas kita disuruh bayar uang buku paket itu loo, kita bilangnya suruh gini, 'buk/pak/apapun-kalian-memanggil-kedua-orangtua-kalian pinjam uang buat beli buku paket nanti abis lebaran tak ganti' itu salah buesar. soalnya kemaren aku beli wedges buat lomba tapi ibuk ku nagih-nagih terus minta duitnya diganti, terima kasih Tuhan telah menyediakan om yus di kubuku HWAHAHAHAHAH DUNIA MILIK KITAAA DUNIA MILIK KITAAAA \m/
eh sorry kelepasan. aku hari ini merasa ayu maksimal hahahaha. perkaranya ya gitu, ada yang muji tambah kurus *ini paling diharapkan* ada yang bilang tambah mancung, terima kasih ah jangan begitu :malu
kok laper lagi yaaa kok laper lagi yaaaa. ya pantes deh, daritadi kan gak banyak maem aku, gara-gara lupa kalo hari ini udah gak puasa, duh iyo aku ngerti aku elek, eh nggak bukan elek, duh iyo aku ngerti aku bodoh, ralat.
selamat ulang tahun buat teman masa kelas 8 saya dari kelas sebelah 83, paramitha agustin! huwalaaaa! celamat ulang tahun eaaaa. tahun depan aja nggebyor nya, kalo nggebyor pas masuk udah kasep nemen itu. lagian kamu salah gaul ya kok pengen digebyor ._. oh iya kelupaan, fajar juga selamat ulang tahun jaaaar. fajar ini solmet nya dery cemancemaaan. unyu ya dua anak manusia yang sama-sama kaum adam suka jalan berdua layaknya pasangan homo #eh
eh ceritaku kok moro-moro banyak gini? gak kerasa deh daritadi ngetik cuepet. iya cemanceman, aku memang cerewet cekali. cerewet menambah aura imutku. pehlis mich kamu ngomong apaaa.
yasudaaah, saya tahu ini telat cekali tapi aku bingung mau sms satu-satu, disini aja yaaa, meski aku pesimis kalian bakal baca, maaf ya ceman kalo mich punya salaaaah, kalo nggak punya yaudah, loh kok gini. mich minta maaf kalo punya salah yang sengaja maupun enggak hanya diriku yang tahu hwahahahaha. kok daritadi gini. enggak. yang ini serius. harus. maaf ya kalo punya salah, kalo minta maaf gak dimaafin minta duit saja :3
bentar deh aku pergi dulu cari maem.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...