Langsung ke konten utama

iya. hai. haha.

ngakak pol liat postingnya arek-arek. yang aku maksud dora sama fina. haha. dora dengan blog barunya beserta juga fina. dora yang mengeksplorasi kehidupan bodohnya dan fina yang gila dengan parampaa nya. jleb banget tadi liat tuit sama statusnya dora soal 8.2 itu kaya 7.3, pelan tapi pasti akan menjadi bajingan, haha. sebenernya aku nyelimur gini ini biar gak galau se. abis capek galau melulu, yaudah aku ngelimur aja, ngakak pasrah gitu, bergaul bareng single ngenes, haha. itung-itung menambah luas pergaulan lah, biar gak itu-itu aja.
oke, di posting yang ini aku gak bakal nyelipin quote atau prosa galau. langsung aja to the point.
ABANG, AKU KANGEN ABANG. LIRIK AKU DONG.
orang yang satu ini yaa .. dateng malah kayak gak kenal sama aku. aaarrrggghh. yo aku emang gak berhak lagi emang disapa, dijak ngomong, dijak chat, di mention. tapi gini kan aku juga pernah kenal sama abang, tau gak semua temen ceweknya abang udah tuker kabar loh sama abang. eh pas aku bilang perkembangan otakku yang agak nya pas-pasan abang malah cuma jawab, 'yayaya'. biarin abang biarin biar satu dunia tau abang sombong sekarang. abang emang punya dunia sendiri kan ya di SMA TN sana haha. nanti dapet baret trus dipanggil abang. jadi kalo aku yang manggil abang itu gak dianggep soalnya satu aku bukan anak TN dua aku ini emang gak diharapkan ada di kedatangannya abang yang satu ini. asiknya, karena galau gak di sapa abang aku jadi punya ide bikin prosa buanyak. iya abang iya, aku tau bersamaku semuanya serba salah.
bang aku tanya ya ini iseng bang. abisnya om gitu sama mbak karin, aku tanya, abang pernah ada apa-apa sama mbak karin?
udah bang. segitu aja. aku sungkan sama abang nulis segini banyaknya padahal aku sendiri ngerti aku gak punya hak. iya abang iya aku tau bersamaku semuanya serba salah. lagi.
mulai hari ini mulai ambil brace mulai pake brace biar tidak bungkuk. tapi yo aku pesimis seh, paling masuk sekolah bungkuk lagi. jadi aku pake brace itu cuma pas libur thok. katanya abis libur terapi lagi kalo gak gitu makin beresiko soalnya brace nya gak diterusin. heloh. males amet. masa mudaku cukup berharga untuk tidak dihabiskan di hal-hal seperti itu. yo. gak papa. toh temenku banyak yang bungkuk dan nggak sedikit dari mereka yang sama kayak aku, cuman bedanya aku tau mereka enggak. ya hari ini aku keliatan udik banget karena baru liat tampang si adek yang bernama brace itu seperti apa, ndesit pol mich.
eh di rcti ada sang pencerah, aku inget banget waktu dulu kelas 7 hobi nontonku diawali film ini. aku nonton sama ocha di 21 matos. hmmm .. jadi nostalgia. kok tiba-tiba kangen sama ocha :3
kenapa aku kasih judul kayak gini. soalnya aku baru-baru ini suka ngasih respon kayak gini. yang pasrah-pasrah gimanaaaa gitu. sumpek pol soalnya kalo dengerin orang ngoceh, padahal sebenernya aku pengen ikut ngoceh tapi terlalu lemes aja. perkaranya apa? terlalu banyak mikirin soal itutuh yang diatas tuh yang sombong tuh. yawes lah mich, katanya kamu sungkan, gimana toh. sekali lagi.
MAS AKU KANGEN.
wes. tak panggil mas. bukan abang.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...