Langsung ke konten utama

#flashback

ini lagi jadi TT di twitter, ya ampun maleh nostalgia masa SD dan kelas 7. masa aku masih lugu. sekarang? yah anda tahu sendiri. lucu juga ya kalo denger kenangan pas kita kecil dulu. hahahaha. ngakak baca tuitnya ocha soal yang dulu. trus juga liat tuitnya yang laen. masa kecilnya unyu-unyu. aku ketawa sendiri bacanya ya ampun. trus juga nostalgia masa SD sama anak-anak yang gak-aku-follow. anak-anak yang gaul nya sama dengan diriku itu cuma anak-anak smp5 udah pasti sama anak smp3. entah ya kenapa tapi manusia dari smp selain itu kurang klik aja sama aku.
oh iya mau cerita soal masa lalu. punya temen namanya caleb. cuma kenal lewat les bahasa inggris di happy kids, maen bareng tapi abis itu ketemu lagi di mog pas lagi lomba nyanyi, dia nonton. usut punya usut dia udah menang olimpiade robotik nasional -_- ciuuuuut
pernah kena bola yang ditendang mas obay. kakak kelas. trus kepalaku dielus-elus abis itu bercanda lagi. entah ya sekarang mas obay dimana. bagaimana kabarnya. ketemu terakhir waktu itu di halte depan sekolah. mas obay sekolah dimana sih?
eh itu. postingku yang iya haha entah apa itu judulnya pokoknya depannya ada iya haha nya. masa' udah ikut 10 terpopuler. huwooooo. blog sudah hampir 2000 kali dibuka manusia. untung yang buka bukan tokek. haha.
eh udah deh segitu aja. takut error lagi :3

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ritual Mengganti Seprei (her)

Kepada seseorang yang hatinya pernah kuremukkan lalu kususun kembali dengan tatanan yang tidak tepat, mungkin malam ini kamu sibuk mengerjap, memandangi langit-langit kamar yang kosong sembari membiarkan memori tentang pertengkaran serta pertukaran kenangan kita di belakang kedua matamu. Begitu pula dengan Aku, yang sibuk berandai-andai bagaimana esok pagi akan kulewatkan tanpa membuatkanmu sepiring panekuk yang terlalu matang dan tidak kamu suka, tapi tetap kamu makan karena kamu tahu hanya itu yang bisa aku buat. Aroma kopi yang tiap pagi Aku buatkan untukmu, tiga sendok bubuk kopi dan satu sendok gula yang diseduh dengan air panas hasil rebusan, masih lekat di remang-remang indra penciumanku. Segala kesibukan yang dulu terasa berat dan tidak menyenangkan, kini terasa kian dirindukan. Sepiring panekuk dan secangkir kopi yang kamu balas dengan senyum dan kecup di pipi kananku, Aku selalu suka. Kamu selalu bersikukuh untuk sarapan, meski setelah itu kegiatanmu hanya seputar bergelu...

Menjadi Rumah

Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah amarahmu. Bersedihlah, menangislah. Tersenyumlah. Karena dalam setiap amarahmu akan ada ketenangan yang menerimamu kembali. Ada ketenangan yang menjadi rumah bagi amarahmu. Karena dalam sedih dan tangismu akan ada bahagia dan peluk-peluknya. Ada bahagia yang menjadi rumah bagi mereka. Maka tersenyumlah, karena ada kisah-kisah sendu yang siap menerimamu kembali. Ada kisah sendu yang menjadi rumah bagi senyummu. Mengingatkanmu kembali pada aroma seorang yang pernah membuatmu patah hati dan kembali berdiri dua kali lebih tegar. Mengingatkanmu atas gelak tawa di tengah malam ketika letih melanda dan lelucon apapun terasa lucu. Mengingatkanmu pada sore-sore yang dihabiskan dengan berkendara. Sudahkah kamu pulang? Pulanglah, peluklah dirimu. Pulanglah, karena tanpa bahagia kamu bisa pulang. Pulanglah, karena amarah juga merindukanmu. Pulanglah, tidak ada yang salah dengan menjadi rapuh.

Belahan Dunia Lain

Kamu tidak datang dan tidak pernah datang. Mungkin di belahan dunia lain, kamu telah menemukan kehidupan yang lebih baik. Kamu bertemu orang-orang yang mendorongmu maju dan, tentu saja, melupakan Aku. Mungkin di belahan dunia lain, kamu hanya merasa bahwa ini bukan saat yang tepat untuk berlibur. Tentu saja, masih banyak urusan yang perlu kamu selesaikan selain perpisahan yang pantas untuk kita. Mungkin di belahan dunia lain, kamu memutuskan bahwa masa lalu kita tidak akan berpengaruh untuk kelanjutan hidupmu mendatang. Karena, tentu saja, Aku bukan siapa-siapa. Mungkin di belahan dunia lain, kamu sedang kelaparan dan memutuskan untuk memasak sebungkus mi instan, persis seperti yang kini Aku lakukan. Karena, tentu saja, hidup yang tidak sehat adalah yang membuatmu paling nyaman. Mungkin di belahan dunia lain, kamu merasa bahwa ketakutan diciptakan oleh orang lain dan bukan dirimu sendiri. Sehingga kamu mulai menyalahkan semua orang dan mendorong mereka pergi. Mungkin di belahan dunia ...